Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2015, 06:55 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang era pasar bebas ASEAN, dikhawatirkan penularan penyakit dari suatu negara ke negara lain akan lebih mudah terjadi. Termasuk bagi negara berkembang seperti Indonesia.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, HM. Subuh mengatakan, penyakit menular yang perlu diwaspadai adalah infeksi yang bisa ditularkan dari hewan pada manusia atau dikenal dengan zoonosis.

"Yang paling utama kalau kita menghadapi zona bebas yaitu antisipasi penyakit zoonotik, seperti flu burung, antrax, coronavirus, ebola. Itu yang perlu kita waspadai," kata Subuh di sela-sela acara diskusi Pengendalian Penyakit Menular di Indonesia sebagai Antisipasi dalam Era Perdagangan Bebas di Jakarta, Rabu (6/5/2015).

Subuh mengatakan, sebanyak 80 persen kasus penyakit infeksi baru adalah zoonosis. Penyakit ini cukup ganas dan bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang bersumber dari hewan pun tak sama di setiap negara.

Subuh mencontohkan, di Malaysia dan Singapura terdapat penyakit kuku dan mulut yang bersumber dari sapi. Bisa saja, penyakit tersebut juga masuk ke Indonesia. "Kesehatan hewan-hewannya juga harus diperhatikan. Itu yang perlu diwaspadai," kata Subuh.

Era pasar bebas juga diwaspadai memunculkan kembali penyakit yang sudah tereleminiasi di Indonesia, seperti polio. Untuk itu, Subuh mengingatkan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus.

Subuh mengatakan, pemerintah sendiri telah memiliki 20 posko 24 jam yang memantau suatu gejala penyakit di seluruh Indonesia. Untuk mencegah penularan penyakit, ia juga mengingatkan pentingnya melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com