Akibatnya, di Inggris terjadi gelombang alergi akibat kontak dengan kedua pengawet tersebut. Reaksi alergi mencakup bengkak, gatal, dan kemerahan pada kulit tubuh. Reaksi alergi biasa terjadi pada wanita berusia 40 tahun ke atas.
Penelitian dari Leeds Centre for Dermatology menemukan, kalau pada tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan sensitivitas sebesar 6,2 persen pada kedua zat pengawet. Kondisi ini mensyaratkan pemerintah dan industri harus lebih cepat bertindak, terkait kandungan zat pengawet.
"Kita ada di tengah serangan alergi. Industri tidak seharusnya menunggu legislasi," ujar Dr. John McFadden dari rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Menurut tim Dr. McFadden, kasus ini meningkat dari hanya 1 pada 2010 menjadi 33 di 2012. Para dokter menduga batas 0.01 persen MI pada produk personal care, memang terlalu tinggi. Penelitian yang diajukan pada British Association of Dermatologists minggu ini, juga mengatakan, kalau level ini harus dikurangi atau dihilangkan.
Hal ini merujuk pada American Contact Dermatitis Society, yang menyebut MI sebagai "contact allergen of the year" pada 2013, karena potensinya yang memicu reaksi alergi. Patch test menjadi cara jitu menguji reaksi alergi pada seseorang. Dr. Emma Meredith, kepala penelitian dan Technical Services Cosmetic, Toiletry dan Perfumery Association mengatakan, jika patch test memberi hasil positif, maka jumlah zat tersebut dijadikan tolak ukur pelarangan.
Pelarangan tidak harus sampai menyebabkan reaksi alergi pada seseorang. Uji ini pula yang menentukan level maksimum dimana diizinkan olej hukum untuk MI sebesar 0,01 persen dan MCI sebesar 0.0015 persen. Epidemi yang tidak terlihat, lotion kecantikan dan produk rumah tangga lain dijadikan penyebab gelombang alergi kulit.