Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/06/2015, 10:46 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com –
Wabah MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrom-Coronavirus) di Korea Selatan telah menewaskan 23 orang. Ternyata, sebanyak 92,9 persen pasien yang meninggal itu telah memiliki penyakit penyerta lain sebelum terinfeksi MERS.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sebanyak 61 persen penyakit‎ penyerta pada pasien MERS yang meninggal, yaitu jenis penyakit paru kronik. Hanya sedikit yang dapat sembuh jika sebelumnya sudah memiliki penyakit kronik lain.

“Artinya, risiko MERS menjadi lebih parah kalau sudah ada penyakit kronik lain,” ujar Tjandra, Kamis (18/6/2015).

Ada atau tidaknya penyakit paru kronik dapat menentukan keberhasilan pengobatan MERS. Menurut Tjandra, hal ini perlu menjadi perhatian warga Indonesia yang berencana mengunjungi Korea Selatan maupun Arab Saudi. Jika ingin mengunjungi negara tersebut, sebaiknya periksa kesehatan dulu ke dokter untuk mengetahui kondisi penyakit kronik yang diderita.

Selain karena telah memiliki penyakit kronik, pasien MERS yang nyawanya tak tertolong rata-rata berusia lanjut, yaitu 72 tahun, Sedangkan pasien MERS yang berhasil sembuh rata-rata berada pada usia 55 tahun atau lebih muda.

“Makin tua usia maka makin besar kemungkinan sakitnya menjadi parah dan kemudian meninggal dunia,” ungkap Tjandra yang juga anggota Komite Darurat WHO untuk kasus MERS-CoV.

Kasus MERS perlu diwaspadai semua negara, termasuk Indonesia. Negara tetangga di Asia Tenggara, yaitu Thailand baru-baru ini juga mengumumkan satu orang positif MERS.

Untuk mencegah terkena MERS, Tjandra mengingatkan pentingnya cuci tangan pakai sabun yang telah terbukti mencegah penularan MERS. Jika menderita batuk, pilek, panas dan keluhan pernapasan lainnya setelah pulang dari negara tersebut, segera lapor ke petugas kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com