Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2015, 12:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber Daily Mail

KOMPAS.com - Siapakah di antara pria dan wanita yang lebih tahan menahan nyeri? Biasanya kita menjawab wanita, karena wanita sanggup melawan nyeri luar biasa saat melahirkan. 

Ternyata selain harus menanggung derita nyeri luar biasa saat melahirkan bayi ke dunia, riset pun menemukan wanita juga cenderung lebih menderita nyeri kronis dibandingkan pria. Wanita juga ditemukan riset merasakan nyeri lebih intensif dibandingkan pria.

Tetapi perbedaan menahan nyeri itu kerap dijelaskan lewat faktor-faktor sosial dan budaya serta efek-efek bervariasi hormon pria dan wanita pada tubuh. Kini ilmu pengetahuan menemukan perbedaan setiap jenis kelamin dalam memproses nyeri. Hal ini mungkin bakal membawa kita pada penemuan spesifik pil pereda nyeri untuk pria dan wanita.

Terobosan itu didapat lewat penelitian tikus jantan dan betina. Peneliti percaya hal yang sama juga terjadi pada tubuh manusia.

Peneliti tersebut, Jeffrey Mogill, profesor studi nyeri dari McGill University mengatakan,"Riset sudah membuktikan pria dan wanita memiliki sensitivitas berbeda terhadap nyeri dan wanita lebih cenderung menderita nyeri kronis dibanding pria.

"Tetapi dulu asumsinya pengiriman pemrosesan nyeri itu sama pada kedua jenis kelamin. Realisasi bahwa dasar biologis nyeri di antara pria dan wanita berbeda secara fundamental sehingga menimbulkan pertanyaan etis dan penelitian penting bila kita ingin meredakan nyeri itu," katanya.

Riset tersebut meneliti teori lama bahwa nyeri dikirim dari tempat cedera atau inflamasi lewat sistem saraf menggunakan sel sistem kekebalan tubuh yang disebut microglia. Tetapi ternyata dalam penelitian baru ini hal tersebut hanya terjadi pada tikus jantan.

Mengganggu fungsi microglia dengan beragam cara secara efektif menghalangi rasa nyeri pada tikus jantan. Namun tak menghasilkan efek pada tikus betina.

Menurut para peneliti, jenis sel kekebalan tubuh berbeda yang disebut sel T tampaknya bertanggung jawab membunyikan alarm nyeri pada tikus betina. Peneliti Michael Salter dari Toronto University mengatakan,"Mengerti jalur nyeri dan perbedaan jenis kelamin tentu penting karena kami merancang generasi baru pengobatan nyeri yang lebih canggih dan mengenai targetnya."

"Kami percaya bahwa tikus memiliki sistem saraf yang sangat sama dengan manusia, khususnya untuk fungsi evolusioner dasar seperti nyeri. Penemuan ini memberi tahu kita ada pertanyaan penting yang timbul untuk membuat obat nyeri baru," katanya.

Profesor Mogill menambahkan,"Selama 15 tahun terakhir para ilmuwan berpikir microglia mengontrol tombol volume nyeri. Tetapi kesimpulan penelitian ini didasarkan pada riset yang hampir secara ekslusif menggunakan tikus jantan."

Penemuan ini, menurutnya, merupakan contoh sempurna mengapa riset yang dirancang secara hati-hati ini penting bila manfaat ilmu pengetahuan dasar digunakan untuk melayani semua orang. Penelitian ini sudah diterbitkan di jurnal Nature Neuroscience.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com