Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2015, 15:00 WIB


KOMPAS.com
- Para ilmuwan mengatakan, mereka telah mengambil langkah yang signifikan untuk mengobati beberapa bentuk tuli, termasuk tuli yang terjadi sejak lahir karena masalah DNA. Mereka menilai, virus dapat menyembuhkan tuli sejak lahir, setelah berhasil memulihkan pendengaran pada hewan.

Laporan tentang studi pada tikus yang diterbitkan di Science Translational Medicine, menunjukkan virus bisa memperbaiki kesalahan genetik dan mengembalikan fungsi pendengaran.

Tim yang berasal dari AS dan Swiss ini memfokuskan pada rambut-rambut kecil di dalam telinga, yang diketahui mengkonversi suara menjadi sinyal listrik yang dapat diinterpretasikan oleh otak.

Melalui virus hasil rekayasa genetika yang didapat sel-sel rambut, “kesalahan-kesalahan” yang membuat seseorang tuli dapat diperbaiki.

Hasil ini diperoleh setelah seekor tikus yang “sangat tuli” (tidak mampu mendengar di sebuah konser rockkencang sekitar 115 dB) yang diinfeksi virus mampu mendengar pada taraf kebisingan mobil yang bergerak atau sekitar 85 dB.

Meskipun tidak mencapai tingkat pendengaran normal, pencapaian ini sudah sangat luar biasa. Apalagi, para peneliti menemukan perubahan perilaku, khususnya dalam menananggapi suara, pada tikus tersebut selam 60 hari penelitian.

Dr Jeffrey Holt, salah satu peneliti dari Rumah Sakit Anak Boston, mengatakan kepada situs BBC News: "Kami sangat gembira dengan hal itu, tapi kami juga optimis karena kita tidak ingin memberikan harapan palsu berupa klaim yang terlalu dini untuk mengatakan kami telah menemukan obatnya.

"Tapi dalam waktu yang tidak terlalu lama, bisa menjadi pengobatan untuk tuli genetik sehingga merupakan temuan penting."

Sampai saat ini, tim belum siap untuk menguji virus ini secara klinis pada manusia. Mereka ingin membuktikan efeknya tahan lama, meski mereka tahu itu bekerja selama beberapa bulan, tetapi tentu saja harapan terbesarnya adalah perubahan seumur hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com