Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2015, 14:14 WIB


KOMPAS.com
- Keyakinan diri yang rendah turut menyebabkan pencandu narkotika yang sudah direhabilitasi rentan kambuh. Untuk itu, perlu ada pendampingan agar para pencandu yakin bisa menghilangkan ketergantungan pada zat itu dan memiliki rasa percaya diri.

 

Rico Januar Sitorus memaparkan hal itu saat mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka promosi doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Senin (27/7), di Depok, Jawa Barat. Dalam sidang yang dipimpin Prof Nuning Masjkuri itu, Rico mendapat yudisium sangat memuaskan dan menjadi doktor Epidemiologi ke-61 atau doktor FKM UI ke-189.

 

Rico meneliti efek tahapan rehabilitasi melalui skor rata-rata keyakinan diri sebelum dan sesudah mengikuti program terapi komunitas terapeutik. Program terapi komunitas terapeutik ialah pendekatan model dan terapi bagi mereka yang kecanduan narkoba dan masalah terkait.

 

Ada lima struktur yang dilakukan pada program komunitas terapeutik. Lima struktur program itu ialah, pembentukan tingkah laku positif, pengendalian emosi, pengembangan pemikiran dan spiritual, keterampilan kerja, kemampuan bersosialisasi dan bertahan hidup, kesejahteraan dan kenyamanan menjalani rehabilitasi.

 

Ia lalu mempelajari pengaruh tahapan rehabilitasi dalam meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) memakai desain sebelum dan sesudah bersifat longitudinal. Pengukuran hasil terapi itu dilakukan berulang tiap bulan sebanyak 4 kali.

 

Hasil riset Rico menunjukkan, ada perbedaan bermakna dari skor rata-rata keyakinan diri sebelum dan sesudah ikut program komunitas terapeutik. Pada bulan pertama, tak ada perbedaan skor rata-rata dari keyakinan diri pasien. Pada bulan kedua, ada peningkatan skor. Itu membuktikan program komunitas terapeutik bisa untuk rehabilitasi program 60 hari.

 

"Penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan motivasi pencandu narkotika agar segera sembuh setelah direhabilitasi. Lalu mereka bisa hidup normal tanpa kecanduan lagi," kata Rico.

 

Menurut data Badan Narkotika Nasional 2012, di Indonesia, jumlah warga yang pernah memakai narkotika 2,4 persen, jumlah pria pencandu narkotika jauh lebih besar daripada perempuan. Berdasarkan kelompok usia, prevalensi penyalahgunaan narkotika tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun 4,41 persen. Kelompok usia di atas 40 tahun memiliki prevalensi terendah yakni 1,06 persen.

 

Menurut Guru Besar FKM UI Prof Ratna Djuwita selaku promotor Rico, pasien penyalahgunaan narkotika susah disembuhkan. Itu dipengaruhi sejumlah faktor seperti lama pemakaian narkotika dan faktor genetika.

 

"Dengan adanya pendekatan melalui program komunitas terapeutik, harapannya mereka yang ketergantungan narkotika bisa sembuh. Di Indonesia, belum ada yang melakukan rehabilitasi dengan pendekatan seperti ini," kata Ratna. (B06)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com