Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Membuat Pasien Kanker Anak Merasa Senang

Kompas.com - 05/09/2015, 19:07 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pada pasien kanker anak, tak hanya pengobatan medis yang dibutuhkan tetapi juga psikologis. Utamanya, membuat anak-anak senang atau bahagia selama menjalani pengobatan.

Psikolog Tika Bisono mengungkapkan, membuat anak-anak penderita kanker senang dapat memperlancar pengobatan kanker mereka. Banyak hal-hal kecil yang bisa dilakukan, tetapi berdampak besar bagi pengobatan mereka.

Tika mencontohkan, saat akan disuntik untuk diambil darahnya, anak-anak biasanya menolak dan sangat ketakutan. Tenaga medis bisa menyiasatinya dengan memberikan boneka terlebih dahulu.

“Anak kecil itu, dikasih boneka senang banget. Simple banget, tapi itu sangat berharga untuk melanjutkan kehidupannya,” kata Tika dalam acara jumpa pers Shave For Hope di Jakarta, Kamis (3/9/2015),

Kemudian, berikan anak-anak kegiatan yang menyenangkan dan disukai. Dengan begitu, pengobatan kanker bagi anak tak terlihat hanya sekedar menjalani terapi. Tika mencontohkan, ia pernah mengajak pasien kanker anak dari RS Dharmais menonton film bioskop. Semua anak-anak pun sangat antusias dan sangat senang.

Dukungan kepada pasien kanker anak memang tak melulu secara finansial, terlebih penting adalah dukungan moral seperti mendukung kehidupan mereka di luar rumah sakit agar tak jauh berbeda seperti anak yang tidak sakit.

Jika ada anak yang sangat ingin bertemu idolanya, penuhilah keinginan tersebut. “Hadirkan idolanya. Jika itu dipenuhi, sangat luar biasa. Secara psikologis bisa mengangkat semangat anak. Ketika takut terhadap suntikan, itu harus diimbangi kebahagiann yang melonjak,” terang Tika.

Selain itu, suasana rumah sakit juga tidak dibuat seram bagi anak-anak. Misalnya ada tempat bermain, ruangan warna-warni dengan gambar-gambar lucu, dan pakaian dokter yang tidak menakutkan.

Setiap rumah sakit yang menangani penyakit kanker anak sebaiknya juga memiliki psikolog anak. Menurut Tika, dokter pun perlu mempelajari psikologi anak, bagaimana cara berbicara dan berperilaku.

“Dokter harus paham psikologi anaknya dulu, baru penyakitnya belakangan. Sebab, banyak kasus penyakit lebih parah karena rasa takut,” ungkap Tika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com