Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/09/2015, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Darah merupakan bagian yang paling penting dalam kerja tubuh kita. Darah diperlukan untuk mengirim oksigen ke seluruh tubuh, mengatur temperatur, serta fungsi metabolisme.

Darah seharusnya memang berada di dalam tubuh, karena itu melihat ada darah yang keluar bisa berarti ada sesuatu yang salah. Tetapi, apa yang terjadi saat kita mulai kehilangan darah?

Secara medis kehilangan darah disebut dengan hemorrage, yang didefinisikan sebagai kehilangan darah dari sistem sirkulasi melalui pembuluh darah yang pecah.

Hemorrage dapat terjadi baik di dalam (perdarahan internal) atau di luar tubuh. Tak sulit untuk membuat darah keluar, karena semua hal, mulai dari trauma, fraktur, insisi dan abrasi, bisa menyebebabkan darah menetes.

Kebanyakan keluarnya darah bisa kita atasi dengan mudah. Misalnya saja, luka tergores atau teriris dari aktivitas sehari-hari hanya butuh sedikit tekanan dan dibersihkan sebelum lukanya menutup dan tak menyebabkan bekas apa pun. Tetapi beberapa area di tubuh lebih rentan terhadap kehilangan darah.

"Kehilangan darah terjadi lebih cepat ketika arteri utama terpotong," kata Dr.Joe Alton, anggota American College of Surgeon.

Beberapa pembuluh darah yang bisa menyebabkan perdarahan berat antara lain pembuluh darah jugularis di leher, arteri percabangan di ketiak, dan banyak percabangan lain di aorta yang berada di perut. Arteri femoralis di paha juga cepat menyebabkan perdarahan.

"Terbukanya arteri femoralis yang berada di pinggul bisa menyebabkan perdarahan berat sehingga dalam satu menit seseorang bisa tidak sadar dan terjadi kematian dalam beberapa menit," kata Alton.

Jenis perdarahan

Menurut American College of Surgeons Advanced Trauma Life Support, tingkat keparahan perdarahan bisa dibagi menjadi empat.

Pertama adalah yang paling rendah karena perdarahan kurang dari 15 persen total volume darah di tubuh. Sebagai perbandingan, saat seseorang mendonasikan darahnya, sekitar 8-10 persen darah di tubuhnya diambil. Secara umum tidak ada gejala kehilangan darah tingkat pertama ini, walau ada sebagian orang yang merasa agak pusing.

Pada tingkat kedua, tubuh kehilangan darah 15-30 persen volume darah. Pada tahap ini gejala kehilangan darah mulai terasa. "Pasien merasa lelah, tampak pucat, dan kulitnya dingin," katanya.

Tingkat selanjutnya adalah perdarahan tingkat ketiga, yakni kehilangan darah 30-40 persen dari total volume darah. Jumlahnya sekitar 3-4 liter darah. Pada tahap ini transfusi darah diperlukan.

"Perdarahan tingkat 3 ini menyebabkan jantung berdetak sangat cepat dan berusaha mendapat oksigen dari jaringan. Tekanan darah turun. Pembuluh darah kecil mengerut untuk menjaga sirkulasi inti tubuh tetap berjalan," jelas Alton.

Kelompok perdarahan akhir adalah tingkat 4, terjadi saat seseorang kehilangan lebih dari 40 persen volume darahnya. Perdarahan berat ini membutuhkan tindakan segera atau pasien tak akan mungkin bertahan. Dalam kondisi ini akan terjadi hypovolemic shock.

Untuk menjaga agar darah yang keluar tidak banyak, jika terjadi perdarahan pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menekan bagian tubuh tersebut dengan kain steril dan tinggikan bagian tubuh itu lebih tinggi dari kepala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com