Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Omega 3 dan Kelebihan Omega 6 Bisa Mengundang Penyakit

Kompas.com - 20/09/2015, 18:35 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Kita pasti sudah sering mendengar bahwa Omega-3 sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan otak dan syaraf anak, membantu perkembangan otak,memperbaiki mood, serta berperan penting menjaga kesehatan organ tubuh seperti jantung dan liver.

Studi yang dilakukan oleh Dariush Mozaffarian, MD., menemukan bahwa, kekurangan Omega-3 bertanggung jawab terhadap lebih dari 96.000 kelahiran prematur di Amerika. Mozaffarian adalah asisten profesor di Harvard School of Public Health. Ikan dari perairan laut dalam, kita tahu, adalah sumber omega-3 yang baik. Selain ikan, sayuran hijau juga kaya akan omega-3.

Sayangnya, seiring dengan perubahan gaya hidup, pola makan kita yang tadinya kaya serat menjadi kaya lemak jenuh. Kita tidak bisa memungkiri hal ini. Coba ingat-ingat, berapa kali dalam bulan ini kita menyantap junk food? Pertanyaan selanjutnya, sudahkah kita mengonsumsi sayuran hijau minimal 5 porsi dalam sehari?

Omega-6 adalah sepupu dekat Omega-3. Dua jenis asam lemak ini, memang sulit dipisahkan. Keduanya bekerja bersinergi memelihara kesehatan kulit, kuku, rambut, hormon, meringankan gejala asma, serta mencegah kerusakan sel pada pengidap kanker. Semua kebaikan ini bisa kita dapat, kalau rasio Omega-3 dan 6 seimbang.

Rasio yang disebut seimbang, para ahli masih berbeda-beda pendapat. Ada yang bilang dua setengah dibanding satu, dua setengah untuk untuk Omega-6 dan satu untuk Omega-3. Ada juga yang bilang empat banding satu.
 

Penelitian terkini menganjurkan rasio yang lebih tinggi lagi, yaitu 10-20:1. Jurnal kesehatan yang dipublikasikan PubMed menyebut rasio 15:1-16,7:1. Anjuran ini keluar karena gaya makan modern yang semakin tidak sehat. PubMed adalah situs kesehatan yang diasuh bersama oleh National Institute of Health, National Library of Medicine, dan National Center for Biotechnology Information.

Sumber utama Omega-6 adalah tumbuhan hijau. Tapi, bukan di daunnya, melainkan di bibit atau benihnya. Omega-6 lebih lambat dicerna dan teksturnya lebih tebal dibanding sepupunya. Jika rasio Omega-6 lebih tinggi dari Omega-3, maka dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, sakit jantung, stroke, dan arthritis.

Dalam sebuah simposium ilmiah, Tony Hulbert, Ph.D, pernah menunjukkan perbedaan antara membran sel yang penuh Omega-3 dan yang penuh Omega-6.Hulbert adalah ilmuwan dari University of Wollongong di Australia. Dari pemaparannya, kita akan mengerti bahwa Omega-3 mampu mempercepat aktivitas sel.


Alam telah mengajar kita

Bukan kebetulan jika hewan yang tinggal di negara 4 musim, memilih makanannya sesuai dengan musim. Salah satu contohnya adalah marmut. Di musim panas dan semi, marmut bergerak aktif . Pilihan makanannya adalah rumput dan tumbuhan hijau. Di musim dingin dan gugur, saat marmut bergerak lamban dan lebih banyak diam di sarangnya, mereka makan biji-bijian.

Bukan kebetulan jika di musim migrasi, burung-burung memilih makanan yang kaya Omega-3 ketimbang Omega-6. Secara insting mereka paham bahwa Omega-3 dapat meningkatkan kekuatan dan performa. Demikian dijelaskan oleh buku best seller The Queen of Fats, penulis Susan Allport.

Semua bukti ini, harusnya membuat kita bercermin diri. Pasti, bukan kebetulan juga jika perubahan kebiasaan makan, dari kaya serat beralih ke kaya lemak, membuat kita semakin gemuk dan lamban. Setelah kegemukan, lantas menyusullah diabetes,sakit jantung, kanker, kerusakan hati, gangguan metabolisme, dan lain sebagainya.


Meningkatkan Asupan Omega-3

Jika pola makan Anda lebih banyak omega-6 dibanding omega-3 maka perlu ada perombakan. Tambah omega-3, kurangi omega-6. Omega-3 hanya bisa diperoleh dari sumber luar tubuh, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan dan kentang. Omega-3 di dalam sayuran bentuknya adalah alpha linolenic acid (ALA). Di dalam tubuh kita, ALA diubah menjadi EPA dan DHA. Dan seperti telah disebut, ikan juga kaya akan omega-3.


Mengurangi Omega-6

Prinsipnya, kita harus mengurangi asupan biji-bijian yang merupakan benih tumbuhan dan menghindari makanan yang sudah terlalu banyak diproses (processed food). Jangan menggoreng makanan dengan minyak kelapa. Ganti sereal biasa dengan sereal yang mengandung flaxseed.


Pilih keripik kentang yang digoreng dengan minyak canola, alih-alih dengan minyak bunga matahari atau safflower. Perbanyak konsumsi kenari. Terakhir, sebelum membeli makanan kemasan, cek dulu kemasannya. Hindari produk yang mengandung hydrogenated oil (minyak yang diproses dengan hidrogen bertekanan tinggi).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com