Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2015, 19:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data WHO, Indonesia adalah negara ke-9 di dunia yang memiliki persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih dari 15,5% dari kelahiran bayi per tahunnya. Kondisi BBLR bisa dikarenakan kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu yang dikenal dengan istilah bayi prematur, atau bayi dengan kelahiran cukup bulan namun memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram.

Di samping itu, Indonesia juga menduduki posisi ke-5 sebagai negara yang memiliki lebih dari 250.000 kelahiran bayi prematur per tahun. Bahkan, kondisi prematur menjadi penyebab kematian tertinggi pada bayi di bawah satu bulan di Indonesia. Sayangnya, dibandingkan dengan negara lain, informasi tentang BBLR di Indonesia masih terbilang rendah.

Umumnya, bayi berat lahir rendah karena prematur akan dirawat di NICU (Neonatal Intensive-Care Unit) hingga kondisinya stabil. Yang perlu diperhatikan adalah perawatan ketika bayi berat lahir rendah sudah boleh dibawa pulang ke rumah. Menurut dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA dari Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM, ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam tumbuh kembang bayi berat lahir rendah, yaitu resusitasi, nutrisi, dan perawatan neurodevelopmental.

“Resusitasi ini soal pernapasan bayi, ini sudah harus dalam kondisi baik saat meninggalkan Rumah Sakit. Nah, saat bayi prematur dibawa pulang ke rumah, ibu wajib memerhatikan pemenuhan nutrisi dan perawatan neurodevelopmentalnya, agar nantinya ia dapat tumbuh sehat sama seperti anak lainnya,” jelas dr. Rina dalam diskusi media dan launching MamyPoko Preemie Care di Jakarta (22/9).

Perawatan yang harus diperhatikan saat bayi prematur pulang ke rumah diantaranya adalah pemenuhan ASI eksklusif hingga enam bulan yang kemudian ditambah dengan MPASI, imunisasi sesuai jadwal, dan berbagai perawatan lanjutan mulai dari cara memandikan yang sebaiknya menggunakan air hangat dan mandi setiap 2-4 hari sekali.

Selain itu juga tidak menggunakan losion, bedak, dan minyak karena kulit bayi masih tipis dan mudah iritasi, membersihkan tali pusat dengan alkohol dan tidak memberi ramuan apapun, memilih pakaian dan popok yang tepat ukuran serta bahan yang lembut, hingga memerhatikan kadar bilirubin bayi.

Dr. Rinawati menjelaskan, masalah yang sering kali dihadapi oleh ibu atau bahkan para tenaga kesehatan adalah memilih popok dengan ukuran yang pas untuk bayi berat lahir rendah. Padahal, penggunaan popok yang baik adalah berada di bawah pusar.

“Bukan hanya popok kain, popok disposable pun jarang yang ukurannya pas, biasanya kebesaran untuk bayi berat lahir rendah. Sering kali, saat dipakai menutupi perut hingga dada. Ini berbahaya. Sebab, pergerakan napas bayi akan sulit terlihat. Karena itu, sangat penting memilih popok sesuai ukuran dan memakaikannya dengan tepat,” kata dr. Rinawati.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com