Sejatinya tidak ada ibu manapun di dunia ini yg menginginkan melahirkan secara caesar walau saat ini beberapa kasus ibu melahirkan caesar memang direncanakan karena alasan-alasan tertentu di luar indikasi medis. Tapi saya yakin caesar non indikasi semacam itu jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan indikasi caesar dilakukan karena mempertimbangkan keselamatan ibu dan janin.
Berikut ini adalah beberapa indikasi yang menyebabkan seorang ibu harus menjalani operasi caesar:
- Ukuran bayi besar sementara panggul ibu kecil.
- Bayi menderita kelainan misalnya spina bifida.
- Posisi kepala janin tidak berada di bawah / sungsang.
- Ibu menderita penyakit jantung.
- Plasenta previa / plasenta menutup jalan lahir.
- Ibu terinfeksi virus HIV.
- Infeksi herpes genital yang aktif.
- Komplikasi Pre-eklampsia / kejang kehamilan.
- kegagalan persalinan dengan induksi.
- kegagalan persalinan dengan alat bantu (forcep atau vakum).
Banyak sekali indikasi yang menyebabkan seorang ibu akhirnya harus menjalani caesar, jadi bukan semata-mata karena sang ibu ingin "enak" tanpa merasakan sakitnya bersalin tapi lebih karena pertimbangan keselamatan ibu dan janin. Dan kebanyakan ibu yang harus menjalani caesar justru malah melewati masa-masa berat dan menyakitkan yang melebihi seorang ibu yang melahirkan normal akibat indikasi di atas.
Bayangkan saja perjuangan seorang ibu yang mengalami gagal persalinan setelah sebelumnya diinduksi. Padahal calon ibu sudah merasakan kontraksi yang hebat dan berharap bisa lahir normal, tapi apa daya tidak ada kemajuan dan akhirnya harus menjalani operasi. Itu berarti kesakitan yang dialami ganda. Kesakitan saat berusaha melahirkan normal dan kesakitan karena luka operasi yang harus dirasakan setelahnya.
Belum lagi untuk indikasi plasenta previa atau plasenta yang menutupi jalan lahir. Seorang ibu dengan plasenta previa selama kehamilannya dapat mengalami perdarahan yang lebih sering, apa lagi yang plasentanya total menutupi jalan lahir. Selama kehamilan harus benar-benar berhati-hati dan bahkan ada yang harus beberapa bulan bed rest total supaya tidak terjadi perdarahan yang membahayakan janinnya. Sementara Ibu dengan plasenta normal dapat bebas ke mana saja tanpa kuatir perdarahan.
Sekarang ke indikasi komplikasi pre-eklampasia, seorang ibu dengan tanda-tanda preeklampsia seperti tekanan darah tinggi sangat berisiko jika harus menjalani proses persalinan normal karena rawan terjadinya kejang dan koma.
Nah, kondisi semacam ini dapat meningkatkan resiko kematian tak hanya janin tapi juga ibu. Dahulu sebelum kemajuan dunia kedokteran seperti sekarang, angka kematian ibu dan janin dalam kasus ini sangat tinggi.
dr.Wahyu Triasmara
Untuk membaca tulisan dr.Wahyu selengkapnya silakan baca di Kompasiana: Salah Besar Anggapan Lahir Caesar Lebih Enak Dibanding Lahiran Normal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.