Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GKIA Nilai Ada Konflik Kepentingan di Program Duta 1000 HPK

Kompas.com - 09/10/2015, 13:55 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) menilai ada konflik kepentingan dari program Duta 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal itu terlihat dari adanya keterlibatan produsen susu formula Sarihusada dalam program tersebut.

"Kita melihat ada konflik kepentingan sangat kuat di program Duta 1000 HPK dan korbannya 1 juta keluarga. Branding Duta 1000 HPK ini luar biasa," ujar salah satu inisiator GKIA Irma Hidayana di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Dalam program tersebut, akan dipilih 430 duta 1000 HPK. Sebanyak 430 duta yang telah bersertifikat itu akan memberikan pelatihan terhadap 3.500 bidan. Kemudian, 3.500 bidan akan memberikan pelatihan ke 10000 kader di Posyandu. Targetnya, edukasi mengenai 1000 HPK akan sampai di 1 juta keluarga.

Program ini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Menurut Irma, Sarihusada terlalu mendominasi program Duta 1000 HPK yang diluncurkan 14 Juni 2015 lalu. Misalnya, dalam modul pelatihan, tulisan dibuat berwarna sama dengan produk susu SGM, yaitu berwarna merah.

Irma mengatakan, dalam sejumlah studi mengenai strategi promosi produk makanan bayi dan anak, ditemukan bahwa industri sengaja menggunakan metode line extension. Penelitian menunjukkan, desain dan logo yang sering dilihat akan memengaruhi keputusan ibu untuk lebih memilih produk.

"Kok branding-nya banyak banget. Kalau mau berkontribusi menurunkan angka kekurangan gizi, enggak usah pakai branding enggak apa-apa dong," ujar Irma.

Selain itu, isi modul pelatihan ternyata tidak sesuai dengan semangat untuk memberikan yang terbaik pada bayi selama 1000 hari pertama kehidupan. Isi modul secara keseluruhan hanya fokus dengan ASI eksklusif selama 6 bulan yang artinya baru tercapai180 hari.

Dalam salah satu lembar modul juga dituliskan bahwa setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping ASI, yaitu bubur tepung buatan sendiri dan ditambah susu formula. Dokter Spesialis Anak Utami Roesli dari Sentra Laktasi Indonesia mengungkapkan, isi modul itu jelas keliru.

Seharusnya, pemberian ASI tanpa susu formula diberikan selama dua tahun atau lebih, sesuai dengan program 1000 HPK milik pemerintah. Dengan demikian, modul dan isi materinya dicurigai sebagai salah satu strategi pemasaran poduk.

Menurut Irma, hal ini jelas melanggar Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI. Kementerian Kesehatan pun telah menerbitkan surat penghentian sementara program Duta 1000 HPK sejak 2 Oktober 2015.

"Kami mendukung program yang bagus ini. Kerja sama dengan pihak swasta boleh, tapi jangan ada konflik kepentingan. Tidak melibatkan pihak yang mau dagangkan produknya," ujar anggota GKIA lainnya, Nia Umar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com