Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Patah Tulang

Kompas.com - 18/11/2015, 19:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com – Trauma atau kecelakaan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah lambatnya penanganan pada korban.

Patah tulang merupakan cedera trauma yang paling sering terjadi. Jika Anda berada dekat dengan korban yang mengalami patah tulang, bersikaplah tenang dan berikan pertolongan pertama.

"Hal pertama, jangan panik. Jika kita panik, kita jadi tidak berpikir," kata dr.Wahyuni Dian Purwati, SpEM, Head of Emergency Departement Siloam Hospital Kebun Jeruk Jakarta.

Selanjutnya, segeralah hubungi tim medis. Sambil menunggu tim medis datang, perhatikan apakah korban memang mengalami patah tulang.

Tanda dan gejala patah tulang diantaranya adalah bengkak atau lebam di atas tulang, perubahan bentuk dari anggota tubuh yang cedera, rasa nyeri setempat yang semakin hebat bila lokasi itu digerakkan, atau tulang patah yang menonjol keluar dari kulit.

Langkah berikutnya adalah mestabilkan korban dengan memasang splak dari kayu dengan membungkusnya dengan kain kasa atau kain lain pada bagian yang cedera. Tujuannya agar tulang yang patah tidak bergerak.

“Kita boleh memasang spalk yang melewati dua sendi. Hal ini agar tulang yang patah tak bergerak dan untuk menghidari patah tulang yang lebih parah,” kata Wahyuni.

Untuk tulang yang menonjol keluar, jangan coba membetulkan tulang yang patah itu dan biarkan apa adanya.

"Jangan pernah memasukkannya, biarkan saja seperti itu. Jika ada sapu tangan, tempel di atas luka lalu pasang spalk,” ujarnya.

Setelah semua sudah selesai dilakukan, bawa korban tersebut ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.

Untuk cedera leher dan tulang punggung, memerlukan tindakan penanganan khusus. Jika tidak tersedia bantuan medis, sementara orang yang cedera harus diangkat, carilah beberapa orang untuk membantu. Pindahkan secara perlahan. (Gibran Linggau)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com