Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye untuk Menurunkan Harga Vaksin Pneumonia

Kompas.com - 23/11/2015, 16:00 WIB
KOMPAS.com - Penyakit pneumonia merupakan penyakit yang menyebabkan banyak anak meninggal. Padahal, penyakit ini bisa dicegah. Salah satunya dengan vaksinasi.

Vaksin untuk pneumonia antara lain pneumococcal conjugate vaccine (PCV). Namun sayangnya harga vaksin ini relatif mahal sehingga belum bisa menjangkau semua lapisan masyarakat.

Arninta Puspitasari, tetap memberikan vaksin PCV pada anak pertamanya, Raya, saat berusia dua tahun. "Waktu itu dokternya menganjurkan," katanya.

Meski Arninta mengakui harga vaksin tersebut cukup mahal, tetapi ia beruntung karena biaya imunisasi kedua buah hatinya diganti oleh asuransi di kantornya. "Tapi memang harga vaksin di atas Rp 500 ribu cukup mahal, apalagi kalau bukan vaksin wajib," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Puti Lenggogeni. Karena putri pertamanya Alea belum genap berusia dua tahun ia belum memberikan vaksin PCV.

"Saya akan tanya dulu ke dokter anak apakah vaksin itu termasuk wajib atau tidak. Kalau vaksin PCV optional enggak akan saya ambil, apalagi menurutku vaksin itu mahal," kata warga Bogor ini.

Kampanye

Organisasi kemanusiaan medis Medecins Sans Frotieres (Dokter Lintas Batas/MSF) meluncurkan kampanye "A Fair Shot" bertepatan dengan Hari Pneumonia Sedunia yang jatuh pada 12 November.

Dalam kampanye tersebut, MSF mengajak publik meminta perusahaan farmasi Pfizer dan GlaxoSmithKline (GSK) untuk menruunkan harga vaksin pneumonia bagi negara-negara berkembang dan organisasi kemanusiaan.

Harga vaksin PCV yang terendah di dunia saat ini sekitar Rp 130.000, sementara di Indonesia masih Rp 750.000 per dosis.  Harga tersebut dinilai masih terlalu mahal untuk sebagian besar orangtua di Indonesia.

Pada bulan Januari 2015, MSF merilis laporan harga vaksin, “The Right Shot: Bringing Down Barriers to Affordable and Adapted Vaccines”, yang menunjukkan bahwa di negara-negara miskin, dengan adanya tambahan vaksin-vaksin baru, biaya untuk memvaksinasi anak kini 68 kali lebih mahal dibandingkan tahun 2001, dan banyak negara di dunia yang tidak mampu membeli vaksin yang mahal, seperti vaksin pneumonia.

Dr.Maria Guevara perwakilan MSF untuk wilayah ASEAN mengatakan, tidak mudah mengetahui harga vaksin PCV di negara-negara lain sebagai perbandingan dengan harga di Indonesia.

"India termasuk negara yang mendapat bantuan GAVI Alliance, sehingga mereka bisa membeli PCV dengan harga rendah yang diberikan ke GAVI Alliance.
Untuk negara seperti Vietnam yang tidak mendapat bantuan dari GAVI Alliance, kami tidak mengetahui harganya karena perusahaan farmasi kurang transparan dalam hal ini," " kata Guevara kepada Kompas.com melalui surat elektronik.

GAVI Alliance merupakan bantuan dana hibah internasional untuk penguatan program imunisasi. Organisasi ini mengumpulkan dana dari lembaga donor terkemuka untuk pembelian vaksin.

Selain meluncurkan kampanye publik, MSF juga bekerja sama dengan WHO, UNICEF, serta mitra lainnya untuk mendorong negara-negara berpartisipasi dalam database harga vaksin WHO.  

Setiap tahun, MSF memberikan vaksinasi bagi jutaan orang di tengah wabah campak, meningitis, yellow fever dan kolera serta melakukan imunisasi rutin di lokasi program layanan kesehatan ibu dan anak.

Pada tahun 2014, MSF memberikan lebih dari 3,9 juta dosis vaksin dan produk imunologi lainnya. MSF juga telah memberikan vaksinasi PCV bagi anak-anak di negara yang berada dalam kondisi darurat seperti Republik Afrika Tengah, Etiopia, Sudan Selatan, dan Uganda.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com