Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Bypass Jantung Sayatan Minimal Lebih Minim Risiko

Kompas.com - 11/12/2015, 09:01 WIB

ALAM SUTRA, KOMPAS.com - Penyakit arteri koroner umumnya diawali dengan adanya luka di lapisan dalam arteri koroner sebagai pembuluh utama yang memberikan asupan darah, oksigen, dan nutrisi pada jantung. Masalahnya, penyakit arteri koroner seringkali berkembang dari waktu ke waktu tanpa disadari hingga pasien mengalami serangan jantung.

Salah satu terapi pengobatan terbaik untuk penyakit arteri koroner atau yang juga dikenal dengan penyakit jantung koroner adalah dengan melakukan tindakan operasi bypass jantung.

Operasi bypass jantung ini dilakukan untuk mengatur ulang aliran darah di pembuluh darah yang tersumbat, sehingga terbentuk jalur aliran darah baru yang lancar dan tidak tersumbat. Tujuannya, untuk menciptakan kembali aliran darah yang stabil.

Dr. Alfa Ferry, MD, Sp.BTKV, FRCS, FCF, FIHA ahli bedah thorax dan kardiovaskular dari OMNI Hospitals Alam Sutra mengatakan, bahwa banyak pasien penyakit jantung koroner takut dengan operasi pembelahan dada. Sehingga, mereka seringkali mencari alternatif lain, seperti pemasangan ring.

“Pokoknya yang tidak ada bedahnya. Jadi, seringkali kami melakukan operasi bypass setelah dilakukan pemasangan ring. Karena setelah pemasangan ring, mereka bisa datang kembali dengan keluhan yang sama, setlah itu barulah mau di bypass,” ujar Dr. Alfa.

Padahal, dibandingkan dengan pemasangan ring, dalam waktu 15 tahun setelah operasi bypass, 95% kondisi jantungnya tetap bagus.

Selain itu, banyak yang belum tahu, bahwa semua tindakan terhadap jantung, baik itu pemasangan ring ataupun operasi jantung risikonya hampir sama. Ada 5 faktor risiko yaitu, kematian, stroke, gagal ginjal terutama bagi mereka yang memang ginjalnya sudah bermasalah, infeksi, dan perdarahan.

Dengan adanya operasi Bypass Jantung Sayatan Minimal (Minimally Invasive Coronary Artery Bypass Graft, MICS CABG) diharapkan pasien penyakit jantung koroner tidak takut lagi menjalani operasi bypass.


Minim risiko

Kelebihan operasi bypass jantung sayatan minimal ini diantaranya tanpa pembelahan tulang dada, sehingga dapat menekan rasa nyeri, meminimalkan risiko infeksi secara signifikan, mengurangi volume darah yang terbuang, dan hanya meninggalkan bekas luka sayatan 5 cm.

Dr. Alfa menambahkan, operasi bypass jantung sayatan minimal bisa 1-2 jam lebih cepat dari operasi bypass jantung konvensional yang bisa mencapai waktu 6 jam.

Pasien juga hanya perlu rawat inap sekitar 4-5 hari dengan masa pemulihan 2-3 minggu. Sedangkan, pada operasi bypass konvensional, masa pemulihan bisa mencapai 2-3 bulan.

“Ini bukan berarti operasi bypass konvensional tidak bagus. Untuk hasil bypass konvensional dengan bypass sayatan minimal sama saja, yang membedakan hanya faktor risikonya. Selain itu, tentu harganya. Karena, alatnya masih sangat mahal. Sekali operasi bisa mencapai 350 juta rupiah,” jelas Dr. Alfa.

Meski minim risiko, ternyata tidak semua pasien penyakit jantung koroner bisa menjalani operasi bypass sayatan minimal. Kriteria pasien yang cocok menjalani operasi ini adalah:

  1. Pasien penyakit jantung koroner yang gejalanya tidak dapat diperbaiki lagi dengan mengonsumsi obat ataupun dengan pemasangan ring.
  2. Pasien penyakit jantung koroner yang sudah pernah menjalani pemasangan ring.
  3. Belum pernah terkena serangan jantung.
  4. Pasien penyakit jantung koroner dengan penyumbatan sudah mencapai 50%.
  5. Berat badan tidak berlebihan atau obesitas.


“Kalau berat badannya berlebih, tentu ada tumpukan-tumpukan lemak yang banyak. Inilah yang akan menyulitkan untuk membuat sayatan kecil,” kata Dr. Alfa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com