Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/12/2015, 17:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sirkumsisi atau yang biasa dikenal sebagai sunat merupakan pembedahan untuk menghilangkan sebagian kulit yang menutupi kepala penis. Sunat memiliki dampak positif terhadap kesehatan dan kebersihan, selain tradisi ini merupakan perintah dari ajaran adat maupun agama.

Meski begitu tetap saja ada mitos-mitos seputar sunat yang berkembang. Ada yang tampaknya berhubungan secara medis, ada pula yang tidak berhubungan sama sekali, bahkan mengarah kepada takhayul.

Dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS dari klinik Rumah Sunatan menjelaskan fakta-fakta mengenai sunat dalam acara launching produk "Mahdian Klem" di Jakarta (12/12/15).

Mitos 1: Setelah sunat, pertumbuhan anak jadi lebih cepat
Faktanya pertumbuhan seorang anak tidak berhubungan langsung dengan sunat. Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah hormon, gizi dan keturunan.

"Hanya kebetulan saja kalau misalnya anak setelah di sunat menjadi lebih cepat. Karena budaya orang Indonesia di sunat bersamaan dengan usia masa pertumbuhan, yaitu sekitar 10 - 12 tahun" kata dr. Mahdian.

Mitos 2: Tidak boleh makan telur dan daging setelah sunat
Mitos ini salah. Menurur dr. Mahdian, justru makanan tersebut mengandung protein tinggi yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Manfaat protein adalah untuk membentuk jaringan sel yang rusak dan berperan dalam tumbuh kembang anak.

Mitos 3: Ada anak yang disunat jin
Ini sudah jelas salah. Ada gangguan pada penis yang menyebabkan kulup penis tertarik ke belakang dan tidak bisa dikembalikan. (Baca juga: Penjelasan Medis Fenomena Disunat Jin)

"Misalnya saat anak sedang bermain, lalu kulup atau kulit kepala penisnya menjadi tertarik ke belakang dan tidak dapat kembali seperti semula. Ini sekilas seperti sudah di sunat. Kalau terjadi seperti ini, sunat justru perlu dilakukan untuk membuang kulit tersebut" paparnya. (Muthia Zulfa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com