Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Hamil di Indonesia Juga Perlu Mewaspadai Virus Zika

Kompas.com - 27/01/2016, 16:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Merebaknya virus Zika yang bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi microcephaly (pengecilan tengkorak kepala dan penciutan otak) membuat pemerintah di beberapa negara Amerika Latin menganjurkan para wanita untuk menunda kehamilan. Bagaimana dengan di Indonesia?

Virus Zika ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti yang juga menularkan demam berdarah. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik nyamuk "belang-belang" tersebut, tentu ibu hamil harus mewaspadai virus ini.

"Walau kejadian orang yang tertular virus ini belum banyak, ibu hamil harus tetap waspada. Kita tidak tahu apakah nyamuk Aedes aegypti itu membawa virus dengue atau zika. Perlu kewaspadaan," kata dr.Prima Progestian, Sp.OG saat dihubungi Kompas.com (27/1/16).

Prima menjelaskan, para ahli saat ini belum memastikan apakah microcephaly pada bayi-bayi di Brasil itu murni karena nyamuk. "Di Brasil memang mulai confirm kelainan itu karena virus Zika, tapi ada dugaan penularannya melalui infeksi menular seksual," paparnya.

Microcephaly bisa disebabkan oleh infeksi lainnya. "Bisa juga karena virus rubella atau CMV (cytomegalovirus) yang memang dapat menyebabkan cacat lahir," ujar dokter dari RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta ini.

Orang yang terinfeksi virus zika akan mengalami gejala-gejala mirip dengan demam dengue, yakni sakit kepala berat, demam, atau nyeri pada tulang.

"Dokter juga harus berhati-hati, jangan menyepelekan gejala infeksi virus yang dialami ibu hamil karena tidak ada gejala yang khas," katanya.

Mereka yang terinfeksi virus zika dianjurkan untuk banyak istirahat, mengonsumsi cukup cairan, serta minum obat untuk mengurangi demam dan nyeri persendian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com