Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/02/2016, 18:11 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada penjelasan secara ilmiah mengapa muncul seorang lesbian, gay, bisexual, dan transgender atau biasa disingkat LGBT. Menurut dokter spesialis bedah saraf Roslan Yusni Hasan atau yang akrab disapa Ryu, LGBT dipengaruhi oleh struktur otak manusia.

"Struktur otak itu tidak tunggal, sirkuit otak melibatkan banyak bagian di otak. Kemudian, rangkaiannya itu membuat dia apakah jadi homoseksual, heteroseksual, macam-macam," ujar Ryu dalam diskusi di kantor LBH, Jakarta, Selasa (9/2/2016).

Ryu menjelaskan, pusat otak yang mengatur tentang gender dan juga orientasi seksual seseorang itu terpisah, namun saling memengaruhi. Dengan begitu, sangat mungkin muncul orang dengan jenis kelamin laki-laki, lebih feminim, tetapi orientasi seksualnya pada perempuan. Ada pula laki-laki yang feminim, tapi orientasi seksualnya lebih kepada laki-laki. Begitu pula dengan perempuan.

"Bentuk otak seseorang memengaruhi dia feminim atau maskulin, memengaruhi orientasi seksual. Itu tiga-tiganya terpisah dari jenis kelamin," jelas RYu.

Ryu mengatakan, dulu munculnya LGBT dinilai sebagai kelainan struktur otak, namun seiring dilakukannya sejumlah penelitian, LGBT merupakan variasi dari struktur otak. Ada perbedaaan antara struktur otak seorang homoseksual dan heteroseksual.

Misalnya, berdasarkan penelitian Ivanka Savic dari Swedia, pola kerja otak laki-laki homoseksual ternyata lebih menyerupai respon otak perempuan. Penelitian itu dilakukan dengan mengamati pencitaraan Functional-MRI pada otak manusia.

Kemudian dengan cara Positron Emission Tomography Scanning, penelitian menemukan bahwa, bagian otak amigdala pada laki-laki homoseksual mirip dengan kerja otak perempuan heteroseksual.

Menurut Ryu, hal ini sama halnya dengan ada orang yang lebih suka main musik drum, gitar, atau saksofon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com