Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2016, 15:20 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah penyakit yang muncul karena gaya hidup tidak sehat. Meski tidak menimbulkan gejala, tapi jangan anggap sepele penyakit ini karena bisa menimbulkan komplikasi, salah satunya demensia atau penyakit pikun.

Dokter spesialis saraf Yuda Turana mengungkapkan, dalam sebuah penelitian, demensia ternyata sering ditemukan pada orang-orang yang mengidap hipertensi.

Gejala awal demensia adalah penurunan daya ingat dan sedikit kerusakan bahasa. Ingatan jangka pendek tidak dapat disimpan.

"Sudah banyak penelitian menunjukkan, orang yang hipertensi berisiko lima kali lipat terkena demensia pada usia lanjut," ujar Yuda dalam acara jumpa pers the 10th Scientific Meeting InaSH 2016 di Jakarta, Jumat (12/2/2016).

Menurut Yuda, selama ini hipertensi lebih dikenal sebagai penyebab stroke karena pecahnya pembuluh darah. Padahal, jika ditelusuri lebih lanjut, hipertensi juga memicu rusaknya sel-sel otak sehingga terjadi demensia.

Yuda menjelaskan, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak, kemudian terjadi pendarahan sehingga otak kekurangan oksigen. Lama-kelamaan, otak menyusut atau mengecil pada usia lanjut.

Menyusutnya otak akan mempengaruhi memori. Akibatnya, terjadi penurunan daya ingat.

Berdasarkan hasil pemindaian di otak, pada orang yang hipertensi ternyata ditemukan bercak-bercak putih atau plak di otak. Plak di otak itu juga bisa memicu kepikunan. "Tekanan darah bisa menurunkan fungsi kognitif di usia lanjut," kata Yuda.

Yuda mengatakan, dalam penelitian lain yang pernah dilakukan, orang yang tekanan darahnya lebih terkontrol karena minum obat hipertensi memiliki risiko demensia yang lebih kecil dibanding mereka yang tidak minum obat hipertensi.

Menurutnya, konsumsi obat untuk pasien hipertensi jangan dianggap sebagai ketergantungan, tetapi kebutuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com