Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2016, 09:15 WIB
Dian Maharani

Penulis

Sumber

KOMPAS.com – Beberapa negara memperbolehkan donor sperma untuk membuahi sel telur wanita dari pasangan yang mengalami infertilitas. Di Indonesia, praktik donor sperma tidak diperbolehkan.

Negara yang memperbolehkan donor sperma pun biasanya memiliki bank sperma. Banyak yang mengira menjadi donor sperma sangat mudah, yaitu pergi ke klinik, ejakulasi, lalu mendapatkan uang.

Direktur laboratorium dan Bank of New England Cryogenic Center, Grace Centola, Ph.D. mengatakan, menjadi donor sperma sebenarnya tak sesederhana itu. Ada sejumlah syarat dan prosedur yang harus dilalui oleh pria yang ingin menyumbangkan spermanya.

"Ada tanggung jawab besar dengan menjadi donor sperma," kata Grace.

Grace mengatakan, prosesnya cukup rumit dan memakan waktu tak sebentar. Tidak semua pria bisa menjadi donor sperma dan disimpan di Cyrobank atau tempat air mani dikumpulkan, lalu dibekukan. Tentunya, pendonor akan diseleksi secara ketat selama berbulan-bulan.

Scott Brown dari California Cyrobank mengungkapkan, hanyak sekitar 1 persen calon donor yang diterima.

Latar belakang pendonor

Langkah pertama, pria yang ingin menjadi donor sperma harus mengisi 25 halaman kuisioner. Calon pendonor harus memberitahu kondisi genetik atau riwayat kesehatan keluarga, tinggi badan, berat badan, warna mata, ras, penggunaan narkoba, rokok, bahkan riwayat pekerjaan.

Pihak Cyrobank  hanya akan memilih calon donor terbaik sesuai permintaan pasangan yang mengalami infertilitas.

“Setelah mengisi kuisioner, Anda akan dipanggil untuk wawancara dengan direktur medis bank sperma. Dari situ akan dinilai apakah secara keseluruhan Anda termasuk kategori ‘orang-baik’. Direktur laboratorium dan medis juga akan menilai penampilan Anda,” terang Grace.

Grace mengatakan, banyak pasangan yang ingin mendapat donor dari pria berpenampilan menarik. Proses memilih donor sperma ini memang sangat subjektif. Nantinya, pasangan akan memilih sperma dari pendonor tanpa mengetahui identitasnya.

Tes kesehatan

Tahap berikutnya adalah tes kesehatan. Calon pendonor akan melalui tes darah untuk memeriksa masalah kesehatan mungkin bisa menular ke anak. 

Sesuai prosedur yang ditetapkan Federal Drug Administration (FDA) dan American Society for Reproductive Medicine, pria yang terinfeksi HIV, hepatitis, atau herpes tidak bisa menjadi pendonor sperma. Termasuk mereka yang memiliki kondisi genetik seperti cystic fibrosis atau pernah berhubungan seks dengan laki-laki dalam lima tahun terakhir.

Tes kesehatan ini termasuk bagian yang sangat penting dalam proses donor sperma.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com