Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2016, 17:50 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Galukoma merupakan penyakit saraf mata akibat tingginya tekanan pada bola mata. Walau penyakit ini bisa menyebabkan kebutaan total yang tak bisa disembuhkan namun banyak penyandang glaukoma yang awalnya tak sadar mengidap penyakit ini.

“Glaukoma itu pencuri penglihatan karena sering tidak dirasakan gejalanya. Hingga kini belum ada pengobatan yang bisa mengembalikan fungsi saraf,” ujar dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center (JEC), Ikke Sumantri di Jakarta, Senin (22/2/2016).

Glaukoma sering kali ditemukan terlambat, yaitu ketika sebagian penglihatan mulai hilang.

Ketua Glaucoma Services JEC itu menjelaskan, tekanan bola mata yang normal adalah kurang dari 21 mmHg. Lebih dari itu, tekanan pada bola mata akan merusak saraf-saraf penglihatan.

Hilangnya penglihatan akan terjadi sedikit demi sedikit sehingga sering kali tak disadari. Gejalanya antara lain, mata sering terasa sakit disertai sakit kepala dan mual atau muntah, penglihatan mendadak buram, hingga berkurangnya luas penglihatan.

Ada beberapa jenis glaukoma, yaitu glaukoma sudut terbuka primer, glaukoma sudut tertutup akut, glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital. Umumnya glaukoma terjadi pada usia di atas 40-65 tahun. Namun, glaukoma juga ditemukan pada bayi, yaitu jenis glaukoma kongenital.

Fakor penyebab glaukoma antara lain, genetik, pernah mengalami trauma pada mata, memiliki penyakit diabetes, hipertensi, hingga sering menggunakan obat yang mengandung steroid.

Ikke mengatakan, kebutaan akibat glaukoma bisa dicegah jika melakukan deteksi dini. Tapi, deteksi dini glaukoma di Indonesia masih rendah. Belum lagi, peralatan untuk deteksi glaukoma juga belum tersebar merata di seluruh Indonesia.

“Jika tekanan bola mata tinggi, maka pengobatannya hanya untuk menurunkan tekanan. Pengobatan sejauh ini hanya untuk memperlambat kerusakan saraf akibat tekanan, tidak bisa mengembalikan penglihatan seperti operasi katarak,” jelas Ikke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com