Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Langka "Demam Keong" Masih "Menghantui" Warga Poso

Kompas.com - 03/03/2016, 17:51 WIB
Mansur

Penulis

POSO, KOMPAS.com - Pemerintah Daerah (Pemda ) Kabupaten Poso,  Sulawesi Tengah, melalui Dinas Kesehatan hingga kini masih terus melakukan upaya maksimal mengimbau warga yang bermukim di lokasi endemis, untuk tetap mewaspadai penularan penyakit Schistosomiasis.

Penyakit Schistosomiasis atau demam keong yang disebabkan oleh infeksi cacing, ditemukan endemik di dua daerah di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu, Kecamatan Lore Utara sejak tahun 2008 dan telah menyebar di beberapa wilayah kecamatan. Hingga kini, penyakit schistosomiasis masih belum juga dapat diberantas.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, Djani Moula mengatakan penularan penyakit langka schistosomiasis terhadap warga yang tinggal di sejumlah lokasi endemis seperti di lembah Napu, lembah Bada kecamatan Lore Bersaudara tersebut kini masih terus mengancam warga.

Menurutnya, meski sudah bertahun-tahun telah dilakukan pemberantasan dan bahkan para peneliti dari organisasi kesehatan dunia ( WHO) telah turun tangan, penyebaran penyakit serta lokasi endemis masih terus bertambah.

‘’Sampai sekarang ancaman penyakit schistosomiasis di Napu dan Bada masih terus terjadi, sejauh ini obat yang diberikan kepada warga hanya untuk pencegaha. Namun, untuk obat yang bisa memberantas penyakit schistosomiasis belum ada,’’ ujar Djani yang ditemui hari ini (3/03) 2016.

Ditambahkannya,upaya pemberantasan penyakit schistosomiasis yang dilakukan oleh Dinkes Poso hingga tahun 2015 baru mencapai 1,39 persen untuk seluruh wilayah endemis penyebaran cacing yang berada di enam kecamatan dan tersebar di 26 desa, yakni Kecamatan Lore Timur, Kecamatan Lore Peore, Kecamatan Lore Tengah, Lore Selatan, Lore utara, dan Lore Barat.

Penyakit schistosomiasis disebakan cacing 'Schistosoma Japonicum' yang dapat menular lewat kulit manusia atau binatang, melalui lubang pori-pori kulit, kemudian masuk ke dalam darah dan terus ke hati hingga akhirnya bertelur di usus.

Akibatnya mahluk hidup yang yang menderita penyakit itu, perutnya akan membengkak dengan masa inkubasi selama 20 tahun. Tentu saja, ini dapat mengakibatkan kematian.

‘’Untuk mengantisipasi penularan Schistosomiasis, warga setempat masih tetap kita sarankan untuk memakai sepatu boot ,menjauhi lokasi endemis, serta setiap rumah warga dipasangi pot khusus buang air besar, yang nantinya akan diambil secara rutin untuk pengecekan sampel melalui tinja,’’ jelasnya.

Sementara itu Camat Lore Timur, Jery Gembu yang wilayahnya juga masuk sebagai lokasi endemis schistosomiasis, membenarkan sejak beberapa tahun terakhir seluruh warga yang tinggal disekitar lokasi endemis, dibagikan pot khusus untuk buang air besar.

Menurutnya, pot khusus tersebut secara rutin dalam setiap bulannya diambil oleh petugas untuk selanjutnya dibawa ke posko Schistosomiasis terdekat, untuk dilakukan tes sampel melalui kotoran tinja sebagai deteksi dini apakah ada penularan penyakit Schistosomiasis atau tidak.

‘’Sampai sekarang, petugas tinja secara rutin masih terus mendatangi rumah warga, ada beberapa orang petugas yang sudah ditunjuk mengumpulkan pot yang sebelumnya telah dipasang di rumah warga. Setelah diambil, akan diganti dengan pot yang baru,’’ jelas Jery.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com