Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/05/2016, 08:15 WIB

Tim Redaksi

Sumber Dailymail

KOMPAS.com - Makanan laut sering disebut sebagai makanan tinggi nutrisi, bahkan jadi salah satu kunci panjang umur masyarakat Jepang. Tapi kini para pecinta makanan laut harus waspada akan polusi yang bisa mengancam kesehatan manusia.

 

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pencemaran laut berpengaruh pada kualitas hewan laut yang biasa dikonsumsi manusia. Hewan laut yang terkontaminasi tersebut, jika dikonsumsi, bisa membawa akibat buruk pada kesehatan manusia.

 

Penelitian ini dilakukan oleh Amro Hamdoun dan Sascha Nicklisch dari University of California, San Diego. Mereka meneliti 37 jenis polutan organik yang ada di laut dan mendapat kalau sepuluh diantaranya berbahaya bagi tubuh manusia.

 

Sembilan dari bahan berbahaya tersebut ditemukan pada ikan tuna jenis yellow fin. Bahkan tuna yellowfin yang berasal dari Teluk Meksiko disebut mengandung bahan pestisida DDT yang sangat tinggi.

 

Pestisida DDT sudah dilarang  sejak 30 tahun lalu karena menghambat kerja protein P-gp yang berperan penting dalam urusan metabolisme dan enzim tubuh manusia. Sebuah penelitian di tahun 2014 menemukan kaitan antara pestisida DDT dan penyakit Alzheimer. Bahan ini juga mengurangi kemampuan tubuh untuk mengolah dan membuang racun.

 

“Manusia butuh protein P-gp untuk membuang zat racun dari dalam tubuh. Polutan ini bisa memengaruhi bayi lewat proses menyusui,” kata Hamdoun.

 

Penelitian ini dimuat dalam jurnal Science Advances. Kini, Hamdoun dan Nicklisch melakukan penelitian lebih lanjut mengenai reaksi tubuh manusia terhadap polutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com