Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/05/2016, 08:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pil kontrasepsi atau pil KB mulai dipasarkan secara luas di Amerika Serikat pada tahun 1960. Kini, pil KB tercatat digunakan lebih dari 100 juta wanita di dunia. Meski begitu, masih banyak wanita yang ragu menggunakan pil KB, karena banyaknya mitos tentang efek pil KB yang beredar.

 

Kebanyakan pil kontrasepsi saat ini adalah pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung dua jenis hormon, estrogen dan progestin dalam dosis rendah yang menyerupai hormon estrogen dan progestin asli pada tubuh wanita. Estrogen dan progesteron adalah dua hormon yang mengatur siklus menstruasi.

 

Efeknya, tubuh akan berpikir seakan dalam keadaan hamil, meskipun tingkat hormon lebih rendah ketika mengonsumsi pil dibandingkan selama kehamilan.

 

Bisa dikatakan, pil kontrasepsi oral kombinasi ini adalah metode yang dapat diandalkan untuk mencegah kehamilan, karena memiliki tingkat kegagalan kurang dari satu dari 100 wanita. Pasalnya, angka ini lebih baik, jika dibandingkan dengan suntik (0,3%) dan kondom (3%). Pil KB bekerja dengan tiga cara berikut:


1. Mengatur hormon, sehingga proses ovulasi atau pematangan sel telur bisa dicegah.
2. Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga sperma akan sulit mencapai sel telur.
3. Membuat kondisi dinding rahim menjadi tidak sesuai untuk pelekatan embrio.

 

Menurut dr. Boy Abidin SpOG(K), pil kontrasepsi kombinasi bukan hanya untuk mencegah kehamilan, tapi juga memiliki berbagai manfaat lain, salah satunya adalah menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium.

 

“Bahkan, hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan risiko kanker endometrial hingga 50%. Semakin lama penggunaannya, semakin besar juga penurunan risikonya,” jelas dr Boy dalam diskusi media: “Your Body, Your Life, Your Decision” – Fakta dan Mitos Pil Kontrasepsi Hormonal di Double Tree Hotel , Jakarta (24/05).

 

Manfaat lain dari pil KB diantaranya, menjaga siklus menstruasi tetap teratur, menurunkan risiko tumor jinak payudara, menurunkan risiko penyakit radang panggul, menurunkan risiko kanker kolon dan rektal, hingga membantu menjaga kepadatan tulang.

 

"Namun, hati-hati bagi wanita yang berusia di atas 35 tahun dan perokok berat atau mengonsumsi obat-obatan yang mengganggu enzim hati, tidak disarankan mengonsumsi pil kontrasepsi. Karena risikonya akan lebih besar ketimbang manfaatnya," ungkap dr. Boy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com