Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/06/2016, 07:06 WIB

KOMPAS.com - Ada banyak peristiwa kriminal di sekitar kita, terkadang kejahatan yang dilakukan tersebut di luar nalar manusia. Banyak orang lalu berspekulasi para penjahat itu mengalami gangguan jiwa.

Fakta menunjukkan, kebanyakan orang yang mengalami gangguan jiwa tidak pernah melakukan kejahatan. Dalam penelitian di Amerika Serikat terungkap, hanya 4 persen kekerasan pada orang lain yang terkait dengan sakit jiwa.

Meski demikian, hampir 40 persen pemberitaan media mengenai penyakit kejiwaan menghubungkan tindakan kekerasan itu dengan penyakit mental.

Menurut Departemen Kesehatan AS, orang dengan gangguan jiwa berat berpotensi 10 kali lipat menjadi korban kejahatan sadis dibandingkan dengan orang pada populasi umum.

Dalam laporan yang dimuat dalam jurnal Health Affairs, para peneliti dari Johns Hopkins Bloomber School of Public Health mengamati 400 berita tentang penyakit jiwa yang dipublikasikan dalam dua dekade, tahun 1994-2014, di media terkenal.

Kekerasan disebutkan pada 55 persen artikel, dan hampir 40 persen artikel menyebutkan kejahatan melawan orang lain. Penyakit mental terkait dengan bunuh diri pada pemberitaan dan 29 persen dalam acara televisi.

Berita mengenai penembakan massal di AS yang menggambarkan pelaku adalah orang yang sakit jiwa, naik dari 9 persen menjadi 22 persen.

Pada pemberitaan media, hampir 40 persen mengatakan penyakit jiwa meningkatkan risiko kekerasan, hanya 8 persen yang menulis bahwa mayoritas penderita gangguan jiwa tidak melakukan kekerasan. Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang paling sering dikaitkan dengan perilaku kekerasan.

Peneliti mengatakan, walau pelaku penembakan massal tidak bisa disebut memiliki mental yang sehat, tapi mereka mungkin memiliki masalah emosional atau kemarahan, dan tidak selalu bisa didiagnosis sakit jiwa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com