Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2016, 12:09 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

Sumber Telegraph

KOMPAS.com – "Jika saya bukan fisikawan, saya mungkin akan menjadi musisi. Saya sering berpikir sambil mendengarkan musik. Saya penuhi lamunan dengan musik. Saya melihat hidup dalam musik."

Begitulah kira-kira Albert Einstein mengungkapkan kecintaanya terhadap musik. Bahkan, dalam lamunan pun dia masih mendengarkan musik.

Sudah lama, alunan melodi dipercaya mampu membantu relaksasi dan membuat pendengarnya bahagia. Bahkan, studi terkini menyatakan musik bermanfaat pula bagi kesehatan jantung.

Institut Kardiologi Universitas Nis, Serbia, meneliti efek musik terhadap 74 penderita penyakit jantung pada 2013. Pasien dibagi dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama hanya melakukan olahraga secara rutin. Kelompok kedua sama-sama melakukan olahraga namun diharuskan pula mendengarkan musik favorit selama 30 menit setiap hari.

Sementara itu, kelompok terakhir hanya mendengarkan musik dengan rentan waktu sama tanpa harus berolahraga. Setelah tiga minggu, apa yang terjadi?

Kapasitas dan fungsi jantung pasien pada grup pertama yang hanya mengambil kelas aerobik terbukti meningkat 29 persen. Kelompok kedua dinyatakan mengalami peningkatan paling tinggi, yaitu 39 persen, bandingkan dengan grup ketiga yang hanya 19 persen.

Tak hanya jantung. Penelitian ini juga mengukur peningkatan fungsi endotel pembuluh darah yang berhubungan dengan kemampuan vaskular.

"Saat mendengarkan musik favorit, otak memproduksi hormon endorfin yang kemudian mampu meningkatkan kesehatan vaskular (pembuluh darah)," kata Prof Delijanin Ilic yang mengepalai penelitian tersebut, dikutip telegraph.co.uk, Minggu (1/9/2013).

THINKSTOCKPHOTOS Olahraga teratur ditambah mendengarkan musik bisa membantu meningkatkan fungsi jantung.

Mendengarkan musik sendirian ditambah olahraga rutin, menurut Ilic, mampu meningkatkan fungsi endotel sehingga bisa jadi metode penyembuhan tambahan bagi pasien penderita jantung koroner.

Jenis musik

Ia menyatakan tak ada patokan khusus terkait jenis musik yang paling berkhasiat. Belum ada satu "resep" musik yang punya efek sama bagi semua orang.

"Yang penting, musik tersebut disukai dan membuat orang bahagia," ujar Ilic.

Tapi, masih menurut studi sama, ada kalanya beberapa jenis musik punya efek negatif terhadap tubuh. Musik heavy metal lebih mungkin meningkatkan level stres seseorang. Sebaliknya, opera, musik klasik, atau "ceria" bisa menstimulus hormon endorfin.

"Lebih baik mendengarkan musik tanpa lirik, karena mungkin saja isi lirik mempengaruhi emosi seseorang, misalnya membuat sedih," tutur Ilic.

Namun, meski penelitian tersebut dilakukan pada pasien yang memiliki masalah jantung, Ilic yakin efek serupa juga bisa didapatkan oleh orang-orang sehat.

Karena itu, tak ada salahnya Anda rutin mendengarkan musik agar jantung tetap sehat. Jika memungkinkan, lakukan hal ini sambil berolahraga.

www.polytron.co.id Speaker Muze tak membutuhkan kabel, cukup dengan koneksi bluetooth saja.

Agar suara melodi kesayangan terdengar jernih, sebaiknya gunakan speaker yang punya koneksi bluetooth agar tak direpotkan dengan gulungan kabel. Salah satunya Anda bisa mencoba Muze PSP B1 dari Polytron.

Selain koneksi dengan perangkat pemu;tar lagu lebih mudah, Muze dilengkapi pula dengan baterai berkekuatan 1.750 mAH sehingga mampu memutar musik selama berjam-jam.

Nah, apa lagu kesukaan Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com