Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2016, 11:45 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Nyeri akibat saraf kejepit atau HNP (hernia nukleus pulposus) memang sangat menyiksa. Apalagi jika keluhan nyeri diikuti dengan rasa kesemutan dan baal yang menetap.

Walau demikian, terkadang banyak pasien HNP yang takut berobat ke dokter karena tak mau dioperasi. Padahal, menurut dr.Harmantya Mahadipta, spesialis orthopedi, sekitar 70-80 persen kasus HNP tidak memerlukan operasi.

"Dicoba dulu dengan terapi konvensional, misalnya pemberian obat antinyeri atau antiradang, bed rest, fisioterapi, dan sebagainya," kata Harmantya dalam acara temu media yang diadakan oleh Ramsay Health Care Indonesia di Jakarta (25/8/16).

Melakukan latihan-latihan olahraga juga bisa membantu mengurangi rasa nyeri saraf kejepit. Jenis latihan yang dianjurkan adalah penguatan otot-otot perut dan pinggang.

"Dilihat dalam waktu 3-4 minggu apakah ada perbaikan. Kalau tidak ada, jangan diam saja. Dilanjutkan dengan terapi selanjutnya," kata Harmantya.

Saraf kejepit yang diabaikan bukan saja menurunkan kenyamanan hidup, tapi juga bisa menyebabkan kelemahan otot, bahkan kelumpuhan.

"Kalau saraf kejepitnya di pinggang, bisa sebabkan jempol kaki tidak bisa diangkat. Kalau yang terjepit di leher bisa menjalar ke bagian tangan," ujar dokter dari RS Premier Bintaro ini.

Operasi baru akan dilakukan bila terapi konvensional gagal memperbaiki HNP, terutama jika pasien terus mengalami nyeri atau kelemahan.

Harmnatya menjelaskan, saat ini pilihan operasi HNP kebanyakan non-invasif atau tidak memakai pembedahan terbuka seperti dahulu. "Dengan demikian luka sayatan juga kecil dan pemulihannya lebih cepat," ujarnya.

Jenis operasi non-invasif tersebut disesuaikan dengan derajat keparahan penyakit dan jenis serta lokasi tonjolan pada saraf.

"Ada yang full endoskopi, ada juga yang pakai teknik mikro endoskopi dengan jarum khusus, atau bahkan hanya dengan dilaser saja," kata Harmantya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com