Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangkat Medis Singapura Mampu Deteksi Zika dalam Waktu 2 Jam

Kompas.com - 02/09/2016, 10:05 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Singapura telah mengembangkan perangkat medis yang dapat menguji adanya demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika dalam hitungan hanya dua jam.

Perangkat ini berharga hanya beberapa dolar dan telah menarik minat banyak negara-negara lain, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata Dr Masafumi Inoue, seorang ilmuwan senior di Agency for Science, Technology and Research's (A*Star) Experimental Therapeutics Centre yang merupakan bagian dari tim yang mengembangkan perangkat ini.

Dia menambahkan bahwa, saat ini timnya sedang mengumpulkan data klinis sebelum mengirim perangkat ini untuk pengujian lebih lanjut. Jika berhasil, alat ini bisa digunakan oleh WHO untuk menguji virus.

Demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika menyebabkan gejala yang sama seperti ruam dan nyeri sendi. Umumnya, gejala Zika bersifat ringan dan hilang dalam waktu seminggu.

"Sangat penting untuk kita bisa membedakan apakah gejala yang timbul karena demam berdarah, chikungunya atau Zika. Ini tidak hanya akan mengurangi stres mental pada pasien, tapi juga memberikan ketenangan pikiran pada mereka. Terpenting, pasien bisa segera mendapat pengobatan yang tepat tanpa penundaan, "kata Dr Inoue.

Dr Wong Sin Yew, seorang dokter penyakit menular di Gleneagles Medical Centre, mengatakan diagnosis dini akan membantu dalam upaya pengendalian kesehatan masyarakat.

"Dalam kasus infeksi nyamuk, alat ini akan memungkinkan otoritas kesehatan untuk fokus pada langkah-langkah pengendalian vektor intensif di daerah-daerah baru dan mengintensifkan langkah-langkah di daerah dengan wabah besar," tambah Dr Wong.

Perangkat yang sama telah dikembangkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) namun tidak tersedia di sini, kata Dr Inoue.

Ide untuk mengembangkan alat ini datang sekitar enam bulan yang lalu, ketika terjadi lonjakan kasus Zika di Brasil. Saat itu, Dr Inoue dan Dr Sebastian Maurer-Stroh, peneliti utama di A* Star Bioinformatics Institute, memutuskan untuk bekerja dengan Rumah Sakit Tan Tock Seng pada proyek ini.

Ke depan, Dr Inoue dan timnya berharap dapat memperluas ruang lingkup perangkat ciptaannya agar bisa mendeteksi jeni virus lain, yang sama seperti Zika, bisa menyebabkan mikrosefalus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com