Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2016, 19:05 WIB

KOMPAS.com - Di Indonesia kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue(DBD) masih sangat tinggi. Kasus DBD di Indonesia selama lima tahun terakhir berkisar empat hingga 103 kejadian dengan sekitar 630 hingga 8.056 kasus.

Jumlah kematian akibat DBD pun berkisar satu hingga 144. Dengan statistik tersebut, rata-rata angka kematian karena DBD selama lima tahun terakhir, artinya berkisar 0,1 hingga 1,8 persen.

Bahkan, pada akhir Januari lalu, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, ada 107 kabupaten yang melaporkan serangan DBD dengan 1.669 kasus. Tercatat adanya peningkatan kejadian lebih besar 39% pada tahun 2016 dibanding tahun sebelumnya.

Langkah pencegahan yang dilakukan tampaknya tak cukup untuk menekan kasus DBD di Indonesia. Dibutuhkan vaksin untuk mengatasi kenaikan tajam.

Kabar baiknya, kini vaksin dengue tetravalen milik Sanofi Pasteur telah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), untuk melindungi individu yang tinggal di daerah endemik terhadap keempat serotipe dengue.

“Kami menyambut baik persetujuan vaksin dengue di Indonesia yang tepat waktu,” kata Prof. Dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Ketua ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization).

“Dengue merupakan penyakit hiperendemik di negara kita dan sampai dengan bulan April 2016, terdapat lebih dari 80.000 kasus dengue yang tercatat.”

Tak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban dengue tertinggi di dunia, dimana mencapai lebih dari USD323 juta per tahun.

Persetujuan vaksin dengue ini tentu akan memberikan akses terhadap cara pencegahan yang inovatif untuk mengendalikan penyebaran lebih jauh dari penyakit yang berbahaya ini.

Dr. Anh Wartel, Medical Affairs, Sanofi Pasteur Asia & Japan Pacific mengatakan, bahwa dengue menjadi gambaran masalah kesehatan masyarakat yang serius dan terus berkembang di banyak negara di Asia dengan hubungan yang signifikan antara manusia dengan beban ekonomi.

“Persetujuan di Indonesia baru-baru ini, yang merupakan negara kedua di Asia, adalah bukti bahwa kami bergerak cepat untuk membuat dengue sebagai penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi pada negara-negara dengan beban penyakit yang tinggi,” ujarnya.

Hal ini penting, karena 70% dari populasi dunia yang berisiko terkena dengue berada di wilayah Asia. Sehingga, penyedia pelayanan kesehatan di Indonesia sekarang memiliki akses terhadap alat pencegahan klinis pertama yang dapat melindungi manusia lebih baik melawan ancaman kesehatan masyarakat ini.

Vaksin dengue milik Sanofi Pasteur merupakan yang pertama dan satu-satunya vaksin yang berlisensi untuk pencegahan demam berdarah dengue di dunia.

Dosis vaksin pertama telah diproduksi dan dikirim ke negara-negara di Asia dan Amerika Latin; kapasitas produksi dari fasilitas khusus vaksin dengan skala penuh yang ada di Perancis memproduksi 100 juta dosis vaksin per tahunnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com