Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pelari Tua Justru Berjaya di Lomba Maraton?

Kompas.com - 19/10/2016, 11:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber SHAPE

KOMPAS.com - Sebagian besar para penggemar olahraga lari pernah mengalami ini. Ketika sedang berjuang di tengah-tengah lomba lari, tiba-tiba disalip oleh seorang pelari yang usianya mungkin dua kali lipat atau bahkan sama dengan usia nenek kita.

Hal ini ternyata terjadi di mana-mana. Menurut studi Marquette University pada 2011 pelari maraton elit memang puncak karirnya ada di usia sekitar 30 tahun. Dalam hal lari ultra maraton, wanita tampaknya berpuncak di 39 tahun. Begitu menurut studi di Swiss yang melibatkan 36.000 pelari elit yang menyelesaikan pertandingan 100 mil (sekitar 160 km).

Usia 30 dan 39 memang belum terlalu tua, tetapi cukup tua dibandingkan para atlet usia 20-an yang masih di puncak karirnya. Mengapa demikian? Danny Mackey, pelatih Brooks Beast Track Club menjelaskan mengapa pelari-pelari veteran justru makin menjadi di usia tua :

1. Otak bekerja lebih baik saat lari
Otak adalah super komputer yang mengatur semua hal yang terjadi di tubuh. Termasuk ketika kita lari 1 km atau 100 km, otak dapat menghitung berapa usaha yang diperlukan untuk menempuh jarak itu dan mengatur laju lari. Setidaknya begitulah cara kerjanya menurut Central Governor Model, teori lari yang dikemukakan oleh Timothy Noakes, MD, ahli fisiologi olahraga dan penulis Lore of Running.

Noakes berargumen saat lari jarak jauh seperti maraton, otak mengatur performa sebagai antisipasi kegiatan pengerahan tenaga. Otak akan memberi tahu tubuh untuk berlari lebih lambat sehingga mampu menempuh jarak jauh dan tidak memaksakan diri.

"Teori ini teruji dengan baik," kata Mackey. Dikatakan otak kita serupa gubernur, seperti mesin mobil. Otak memantau suhu, simpanan karbohidrat, kadar hormon dan lain-lain. Sama seperti mega komputer di mobil balap yang memantau minyak, panas dan kondisi jalan.

"Hal yang menakjubkan tentang ini adalah kita punya motivasi tinggi dan tak ada masalah lain yang terjadi, otak kita pintar mengatur supaya yang dilakukan untuk menempuh lari jarak jauh," katanya.

"Pada atlet muda, central governor belum terlalu tune in. Sementara atlet tua lebih berpengalaman dan mampu mengatur intensitas optimal," tambahnya.

Mungkin atlet muda akan lari kencang dari garis start dan tak mampu konsisten hingga finish. Sedangkan atlet tua mampu menjaga kecepatan lebih baik sepanjang lomba. 

2. Tubuh belajar cara menggunakan energi
Pelari pasti kenal konsep carbo loading, mengonsumsi makanan berkarbohidrat sebelum ikut lomba lari untuk memberi energi saat lari jarak jauh. Tubuh kita mengambil sumber energi sekitar 20 persen dari karbohidrat.

Ketika karbohidrat habis, tubuh akan membakar lemak. Lemak ini lebih sulit dipecah menjadi sumber energi. Pelari pasti jadi "mogok" ketika kehabisan sumber karbohidrat.

Ketika usia semakin bertambah, metabolisme menjadi lebih efisien menggunakan simpanan lemak. "Ketika pelari veteran sudah belajar mengoptimalkan konsumsi lemak dan menyimpan karbohidrat, ini akan membuat mereka tak kehabisan karbohidrat," kata Mackey.

Bagaimana mereka melakukannya? Mereka latihan lari tanpa makan sebelumnya atau latihan berjam-jam dengan intensitas lebih rendah untuk membakar lemak sebagai sumber energi, bukan karbohidrat.

"Masuk akal untuk berasumsi atlet yang sudah berlatih 20 tahun melakukan lari jarak jauh tanpa makan lebih dulu, berlatih lari lambat menggunakan sumber energi dari lemak dibandingkan atlet muda," kata Mackey.

3. Lebih dewasa secara emosi
Kedewasaan emosi ini juga menentukan di jalur lomba lari. "Khususnya, dalam hal menunda kesenangan dan kemampuan untuk fokus pada emosi," kata Mackey.

Dalam studi terhadap pelari ultra marathon, ditemukan bahwa kecerdasan emosi lebih tinggi mungkin merupakan kunci untuk menjelaskan mengapa sejumlah atlet merespon lebih baik latihan keras berulang-ulang.

Mereka yang punya kecerdasan emosi lebih tinggi melaporkan kesenangan lebih tinggi dan emosi tak menyenangkan lebih rendah selama lomba. "Pelari tua mampu mengaasi naik turun emosi. Dan ketika kita mengikuti lari jarak jauh akan terjadi gejolak naik turun," ujarnya.

Apa artinya ini bagi pelari muda? Anda tak tiba-tiba jadi mampu lari jarak jauh begitu berusia 25 tahun dan tak dijamin mampu menyelesaikan lari maraton di usia 39. Tetapi jika saat ini sudah rajin lari, terimalah kenyataan akan ada banyak lomba yang diikuti di tahun-tahun mendatang untuk menjadi pelari hebat.

Kunci mampu menempuh lari jarak jauh adalah : banyak istirahat, cukup nutrisi, latihan kekuatan dan fleksibilitas untuk menjaga tubuh tetap dalam kondisi puncak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com