Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yurdhina Meilissa, MD
dokter

Dokter umum. Pemerhati kebijakan kesehatan

Go-Med, Domestikasi Layanan Kefarmasian dan Kegagapan Kita

Kompas.com - 22/10/2016, 16:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Maklumat Palermo-lah yang mula-mula menceraikan fungsi dokter dan apoteker. Sejak itu, profesi “Sang Penyembuh” terbelah dua.

Dokter hanya bertugas mendiagnosis dan meresepkan obat. Apoteker berhak menyimpan, menyiapkan dan menyerahkan obat pada pasien berdasarkan resep. Keduanya, untuk kali pertama, harus tunduk pada kendali Pemerintah.

Sejak 1231, praktik ini menjalar ke antero Eropa. Maksudnya mulia: mencegah terjadinya jebakan moral (moral hazard) dalam peresepan yang merugikan pasien.

Maklumat Go-Med, boleh jadi, juga akan menyejarah. Dari sudut pandang usaha komersial, ia menggagas produk, proses bisnis dan potensi pasar yang unik.

Mengutip surat elektronik yang diedarkan kepada Go-Jekers, “Melalui Go-Med, Anda dapat membeli sekaligus menebus obat secara instan dari 1,500 apotek, yang terdaftar di dalam Apotek Antar, tanpa biaya pengiriman.”

Obat bebas dan bebas terbatas dapat dibeli tanpa resep dokter. Serupa layanan pesan antar Go-Food atau Go-Mart. Obat keras (daftar G) dapat dibeli dengan mengunggah resep dokter.

Setelah mengkaji foto resep, apoteker rekanan akan memberikan obat via pengemudi Go-Jek. Informasi penggunaan obat lalu dikirimkan via surat elektronik kepada pasien.

Dari sudut pandang akses layanan, Go-Med berpotensi memperluas keterjangkauan. Pasien dengan hambatan akses dapat menebus resep kapan saja, tanpa perlu beranjak dari rumah.

Layanan ini juga meminimalkan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien ketika harus menebus obat-obatan “sensitif”, Viagra misalnya.

Namun, dari sudut pandang praktik kefarmasian, Go-Med tanpa sadar telah mendorong profesi “Aphotecary” kembali terbelah dua. Apoteker yang mengelola dan menyiapkan obat, dan pengemudi Go-Jek yang menyerahkan obatnya.  Kali ini, keduanya tunduk pada kendali pasar.

Domestikasi Layanan Kefarmasian

Go-Med sesungguhnya hanya penanda kesahihan: layanan kefarmasian di tanah air telah memasuki babak baru. Dalam refleksi yang lebih dalam, internet dan inovasi telah membawa layanan kefarmasian masuk jauh ke dalam ruang domestik individu.

Pernahkah Anda mengkonsumsi obat anti alergi untuk membantu tidur? Atau berkelakar akan meminum obat penghambat kolesterol agar kegemaran melahap sepiring nasi padang tidak berbuntut kegendutan? Fenomena ini jadi bukti.

Di hilir, kerasionalan konsumsi obat individu sulit untuk direka. Karenanya, di hulu, praktek jual-beli obat sengaja tidak diinstankan. Di sinilah besar peran Apoteker sebagai penjaga gawang kerasionalan penggunaan obat. Di tangan mereka kualitas layanan kefarmasian dipertaruhkan.

Tawaran kemudahan bagi konsumen Go-Med membuka celah yang memperumit kerja apoteker untuk memberikan layanan komprehensif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com