Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2016, 21:33 WIB
Dian Maharani

Penulis

WONOGIRI, KOMPAS.com - Pengobatan homeopati nampaknya belum banyak dikenal masyarakat. Homeopati adalah pengobatan yang menggunakan unsur-unsur alami, seperti tanaman, hewan, dan mineral.

Berbeda dengan pengobatan lainnya, homeopati mengobati seseorang menggunakan unsur alami yang menyebabkan penyakit itu atau serupa dengan reaksi penyakit yang diderita. Misalnya, ketika seseorang tersengat lebah, pengobatannya bisa jadi menggunakan lebah juga.

"Homeopati menggunakan unsur yang bisa menyebabkan reaksi dalam tubuh yang sehat. Bisa juga menyembuhkan reaksi yang serupa, enggak harus peris dengan sakitnya," jelas seorang Homeopath dari Bali, Tjok Gde Kerthyasa, BHSc (Hom.), ADHom saat ditemui di Wonogiri, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Contoh lainnya, yaitu untuk mengatasi rinitis alergi. Tjok Gde mengungkapkan, pada pasien rinitis alergi biasanya menggunakan bawang merah.

Namun, dosisnya sangat kecil sekali. Mengapa bawang merah? Sebab, reaksi seseorang saat memotong bawang merah mirip dengan reaksi rinitis alergi.

"Kalau kita potong bawang kan nangis, bisa bersin-bersin, hidung meler. Jadi homeopati prinsipnya mengobati dengan yang serupa, tidak harus sama," terang Tjok Gde lagi.

Tjok Gde menceritakan, ia juga pernah terkena tanaman lateng yang membuat kakinya terasa sangat gatal. Ia pun mengambil sedikit tanaman lateng tersebut dan mencampurnya dengan air.

"Saya ambil sedikit (lateng), masukin ke botol air mineral, saya kocok. Kemudian, saya ambil lagi sedikit lateng dari situ, saya masukin ke air lagi, lalu saya siram. Reaksinya hilang," ungkap Tjok Gde.

Tjok Gde menambahkan, homeopati menggunakan daya tahan tubuh sendiri untuk mencari keseimbangan fungsi tubuh, sehingga bisa menyembuhkan sendiri penyakitnya.

Praktik homeopati di Bali sejak 2009, Tjok Gde banyak menangani pasien alergi dan gangguan hormonal, seperti haid tidak teratur.

Namun, menurut Tjok Gde, pengobatan homeopati sangat individual sehingga akan berbeda-beda setiap orang. Sekali menangani pasien, Tjok Gde bisa memberikan konsultasi selama satu jam. Ia harus betul-betul mengenali masalah penyakit pasiennya.

"Selain pengobatan saya berikan latihan pernapasan. Jadi enggak hanya memberikan obat, tapi ada gaya hidup yang berubah jadi sehat," kata pria berusia 38 tahun itu.

Belum dikenal
Tjok Gde tak menyangkal jika homeopati belum banyak dikenal masyarakat Indonesia. Homeopati berasal dari Jerman dan sudah dipraktikkan di sejumlah negara. Di Perancis misalnya, tambah Tjok Gde, hampir 90 persen dokter meresepkan homeopati kepada pasiennya.

Tjok Gde sendiri memelajari homeopati di Australasian College of Natural Medicine dan University of New England, Australia. Setelah lulus, Tjok Gde pun telah melakukan praktik homeopati selama tiga tahun di Australia. Kemudian ia pulang ke tempatnya dilahirkan, yaitu Bali, untuk memraktikkan ilmunya.

Tjok Gde menuturkan, homeopati sudah terdaftar di Kementerian Kesehatan sebagai pengobatan komplementer. Ia juga mengaku memiliki Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dan Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT).

Di Bali, pasien Tjok Gde mayoritas adalah ekspatriat. Tapi, belakangan ini mulai banyak pasien asal Indonesia yang menjalani pengobatan homeopati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com