Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2016, 13:11 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hasil positif dari tes Widal bukan vonis pasti bahwa seseorang menderita penyakit tifus. Butuh diagnosis dan tes penunjang lain, serta kecermatan dokter untuk memutuskan apakah itu penyakit tifus atau bukan.

Seorang dokter ahli penyakit dalam pernah mengungkapkan andai tiap orang sehat, termasuk suster dan dokter yang berpraktik di kliniknya, diberi tes widal, maka hasilnya akan positif. Itu bukti kalau orang sehat juga bisa mendapat hasil positif jika diberi tes widal.

Pernyataan tersebut ada benarnya. Sebab, tak ada jaminan bahwa segala hal yang kita sentuh dan makan itu 100 persen bebas kuman tifus. Hanya, karena jumlah kuman yang masuk dalam tubuh sedikit, sehingga tak sampai menginfeksi dan menyebabkan sakit tifus.

Dr. Mario Steffanus, Sp. PD, ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, menyebut bahwa hal itu terjadi karena kebersihan masih jadi barang langka di Indonesia.

Seperti diketahui, urusan kebersihan, terutama kebersihan makanan, merupakan salah satu faktor kunci penyebab tifus. Misalnya, menu nasi goreng dan es teh manis yang disantap di warung tenda favorit untuk makan malam. Atau bahkan menu fast food di restoran ternama sekali pun tak menjamin 100 persen bebas kuman tipus.

“Selain itu, tes widal merupakan tes imunologi. Sehingga, hasil positif belum tentu mencerminkan infeksi saat ini,” ujar Dr. Mario.

Meski demikian, bukan berarti tes widal adalah hal yang sia-sia. Jika dilakukan di waktu yang tepat dan didukung oleh diagnosis klinis yang benar, maka penyakit tifus akan mudah diketahui.

Diagnosa demam tifoid atau tifus, lanjut Dr. Mario, dibuat berdasarkan gejala seperti demam tinggi, mual, muntah, dan badan ngilu. Jika diperlukan, diberi pemeriksaan lain seperti tes kultur darah dan Tubex.

Idealnya, tes widal dilakukan setelah hari kelima seseorang mengalami demam. Jika dilakukan sebelum itu, kemungkinan hasilnya tidak akurat karena penyakit butuh waktu untuk menunjukkan bentuk aslinya.

Bahkan, tes widal masih bisa salah ketika seseorang memeriksakan diri setelah mengalami demam selama 5-7 hari. Karenanya, perlu dilakukan tes ulang di minggu kedua untuk menegakkan diagnosa, apakah seseorang terkena penyakit tifus atau tidak.

Satu lagi, tes widal memiliki keunggulan dari segi ekonomi. Sebab tes ini juga bisa mendeteksi penyakit paratipus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tapi lebih ringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com