Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/11/2016, 16:00 WIB

KOMPAS.com - Menerima kekalahan memang tidak mudah, terlebih jika tokoh publik yang kita jagokan menjadi pemimpin harus kalah. Masa kampanye yang sengit, terutama bila menggunakan cara-cara tidak pantas, kerap mendatangkan gangguan mental.

Steven Stosny, Ph.D, psikoterapis di Washington D.C mengatakan, ada beberapa pasiennya yang mengalami gangguan stres kampanye.

Ia mengatakan, setelah masa pemilihan berakhir, pihak yang kalah harus menghadapi emosi yang sulit, mulai dari kecewa, kesedihan sampai rasa marah.

Rivalitas antara dua kandidat pada masa kampanye pilpres di AS, menurut Stosny, sangat sengit dan kasar.

"Kampanye kemarin sangat pedas dan nuansanya negatif. Gaungnya lebih besar lagi karena media sosial dan diberitakan selama 24 jam. Kita tidak pernah mengalami sesuatu yang negatif seperti ini," katanya.

Kini, setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS ke-45, pihak yang kalah mungkin menerima keputusan dengan berat hati dan ada sedikit depresi.

"Akan ada gejala gangguan mood seperti depresi, ada juga rasa penyesalan," kata Stosny.

Meski demikian, hidup harus terus berjalan. Jangan biarkan perasaan Anda mengambil kualitas terbaik dari diri Anda.

Untuk mengembalikan lagi kebahagiaan dan optimisme, pertama-tama ingatlah semua hal yang kita miliki.

"Setiap orang yang memilih Hillary atau Trump, tentu memiliki rasa kemanusiaan dalam diri, semua perbedaan pilihan itu tidak penting," katanya.

Selanjutnya, fokuslah pada apa yang penting bagi Anda dan nilai-nilai yang Anda anut.

"Anda harus memutuskan apa yang bisa dilakukan secara personal untuk membuat hidup Anda dan orang yang dicintai lebih baik. Bila Anda punya kepercayaan kuat pada kebijakan politik tertentu, kejar dan lanjutkan, tapi itu sesuatu yang memang Anda inginkan, bukan hal yang Anda lawan," katanya.

Terakhir, ingatlah pada hukum timbal balik emosional. Apa yang kita tabur, itu pula yang kita tuai.

Sanam Hafeez, seorang neuropsikologis di New York, mengingatkan pentingnya untuk tetap bersikap tenang.

"Jika Anda seseorang yang rentan depresi atau cemas dan sangat peduli pada politik, mungkin Anda akan merasa teraniaya," kata Hafeez.

Walau demikian, menurutnya ingatlah pada hal besar dalam hidup ini. "Langit tidak akan runtuh. Hal-hal besar dalam hidup Anda tak akan berubah karena satu orang terpilih. Lagi pula dalam pemilu selanjutnya kita punya kesempatan untuk memilih lagi," katanya.

Untuk menghalau perasaan negatif, sebaiknya hindari hal-hal yang terkait dengan pemilu atau politik.

"Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang positif. Buat rencana kegiatan dengan lingkaran terdekat yang bisa menceriakan hati Anda," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com