Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/11/2016, 21:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber Health

KOMPAS.com - Ibarat kurva, libido seorang wanita juga bisa naik turun. Di satu masa mereka sangat bergairah, di waktu lain dingin seperti es.

"Itu hal yang alami," kata Lauren Streicher, MD, profesor klinis kebidanan dan ginekologi di Rumah Sakit Northwestern Memorial di Chicago.

"Semua wanita mengalami masa pasang surut dan ada alasan ilmiah di baliknya" jelas Streicher lagi. Berikut ini fakta lebih mendalam mengenai libido wanita.


1. Otak adalah organ seks terbesar Anda

Otak adalah tempat di mana percikan gairah dimulai. Ada lima daerah otak yang paling penting dalam mengatur gairah seksual yaitu;

Ventral striatum. Daerah ini menyala ketika ada yang menggoda nafsu seksual.

Amigdala. Bentuk dan ukurannya seperti kacang almond. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa gairah seks Anda mungkin sebanding dengan ukuran amygdala Anda.

Hipotalamus. Bila Anda mengalami rangsangan (misalnya ciuman yang mendalam), bagian ini akan menghasilkan dopamin, suatu neurotransmitter yang bertugas mengatur kesenangan dan motivasi.

Cerebral korteks. Lapisan luar otak berisi materi abu-abu yang mengatur pikiran tentang seks. Reaksi berantai di area ini akan mengarah pada produksi hormon seks.

Pituitary. Kelenjar ini mensekresi hormon yang merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen.

2. Gairah meningkat seiring dengan usia

Sebuah studi tahun 2010 menunjukkan, bahwa kesuburan wanita berkurang di usia 30-an dan 40-an namun fantasi seksual menjadi lebih sering dan erotis. Walhasil, secara keseluruhan, dorongan seks wanita di usia ini menjadi lebih kuat.

"Para peneliti menduga, itu adalah trik evolusi, yang dirancang untuk menaikkan peluang Anda berprokreasi dengan mendorong Anda untuk melakukan hubungan seksual lebih sering," kata Dr Streicher, penulis buku Sex Rx: Hormones, Health, and Your Best Sex Ever.

3. Stres membunuh gairah seks Anda

"Penelitian menunjukkan bahwa stres akan meningkatkan produksi hormon kortisol, yang berakibat buruk terhadap rangsangan erotis," kata Sheryl Kingsberg, PhD, kepala divisi terapi perilaku di University Hospitals Case Medical Center di Cleveland.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com