Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Benarkah Hidup Sehat Butuh Motivasi?

Kompas.com - 01/01/2017, 19:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBestari Kumala Dewi

KOMPAS.com - Di tahun baru, biasanya banyak orang menggunakan istilah ‘resolusi’ untuk hal-hal yang ‘belum ketemu solusi’nya di tahun yang lewat. Salah satu resolusi yang menempati posisi terfavorit adalah urusan kesehatan. Bahkan kaum hawa bisa lebih ekstrim lagi, resolusi diet.

Pasien-pasien baru mengajukan diri dengan sederet janji dan keinginan mulai dari menurunkan berat badan hingga berhenti merokok.

Namun, yang teramat tragis justru malam tahun baru yang dilewatkan dengan pesta melimpah ruah seakan-akan itu ucapan selamat tinggal untuk terakhir kalinya menyicipi ‘makanan enak’.

Sesungguhnya, terlalu banyak hal yang harus diluruskan. Itu sebabnya ceramah saya tidak mungkin berlangsung kurang dari satu jam.

Pertama, istilah resolusi atau niat atau komitmen atau apalah itu. Saya paling tidak bisa terima suatu niat yang begitu bombastis seperti mau makan gajah dalam satu kali suap.

Niat yang pada akhirnya sulit menemui kemenangan di waktu dekat akhirnya luntur pelan-pelan. Seringnya, kelunturan niat tanpa sadar merusak rasa percaya diri. Jadi alih-alih bicara soal resolusi, yang ada justru destruksi masa depan.

Saya lebih menghargai niat kecil-kecil yang ‘tangible’ alias riil, terjangkau, masuk akal. Jadi ketimbang punya niat ingin menikah di tahun 2017, mengapa tidak menjalin komunikasi bermutu dan saling membangun harga diri dengan lawan jenis?

Ketimbang turun berat badan 20 kilo, mengapa tidak rutin bangun pagi tepat waktu dan selalu sarapan bermutu? Justru kegemukan datang saat sarapan dilangkahi dan begitu ada rapat di kantor kalap dengan semua ‘makanan kecil’ yang tersaji tapi berkalori tinggi yang mengerikan.

Kedua, sayang sekali jika kita ‘saying goodbye’ ke semua makanan enak demi pengurangan bobot. Sebab, tidak semua makanan enak itu jahat kok.

Malahan, sekarang ini timbul keanehan. Banyak makanan yang tidak enak diikhlaskan sebagai konsumsi sarapan pagi – yang menurut iklannya digembar-gemborkan sebagai ‘makanan sehat buat jantung dan kolesterol’ – padahal secara nutrisi tidak memberi imbangan gizi yang baik.

Bahkan, tidak memberi kombinasi yang baik bagi lambung yang masih kosong, selain terisi asam lambung. Alat pencernaan saya pastinya lebih bahagia diisi soto lamongan yang hangat, sedap dan fenomenal itu.

Kecenderungan meniru menu kebarat-baratan sudah waktunya perlu menjadi keprihatinan para ahli gizi Indonesia. Teman-teman bule saya justru merasa bersyukur bisa menikmati ‘mahzab’ baru dengan hadirnya sup dan soto sebagai menu pagi hari.

Ketiga, menyitir Gerakan Masyarakat Sehat yang saat ini menjadi program andalan Kementrian Kesehatan untuk mengentaskan Penyakit Tidak Menular dengan menggiatkan konsumsi sayur dengan porsi yang benar, tentu tidak mungkin terjadi jika kebiasaan lama tidak ada yang digeser.

Rekomendasi setengah kilo sayur per hari hanya akan mampu dihabiskan jika karbohidrat berkalori tinggi dicoret dari asupan harian.

Sayangnya, bagi sebagian besar publik Indonesia, sayur masih hanya sebagai ‘syarat’ saja. Seperti kelengkapan ‘sesajen’ dengan porsi nasi putih yang tak bergeming ukurannya. Itu pun jika disurvey, kebanyakan orang menjawab fungsi sayur hanya untuk kelancaran buang air besar. Betapa nistanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com