Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Jumlah Lemak yang Boleh Dikonsumsi jika Ingin Turun Berat Badan

Kompas.com - 20/01/2017, 15:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda termasuk orang yang memusuhi lemak, mungkin ini saatnya mengubah pemikiran. Tidak semua lemak buruk bagi kita.

Lemak sebenarnya sangat penting untuk menciptakan energi, membantu Anda tetap hangat, serta untuk menghasilkan sel-sel dan hormon.

"Dan jenis lemak yang tepat juga berguna untuk otak, jantung, dan penyerapan vitamin,” kata Isabel Smith, RD.

Karena itu, kita harus bisa membedakan mana lemak baik dan mana yang buruk. Yang mana harus disingkirkan dan yang mana harus masuk ke dalam pola makan kita.

Lemak trans = Buruk

"Lemak trans adalah jenis lemak yang menurut para ahli gizi jangan Anda makan," kata Lisa Moskovitz, R.D., CEO dari NY Nutrition Group.

Sebagian besar lemak trans dalam makanan kita berasal dari penambahan hidrogen ke dalam minyak nabati untuk membuat minyak nabati tersebut lebih solid.

Campuran keduanya menghasilkan minyak yang terhidrogenasi penuh dan yang terhidrogenasi sebagian.

Jenis minyak ini sering digunakan di dalam makanan olahan, seperti makanan cepat saji, selai kacang, kerupuk, permen, keripik, muffin, kue dalam kemasan, margarin, dan bahkan roti.

Lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (low-density lipoprotein atau LDL) dalam darah Anda, menurunkan kadar kolesterol baik (high-density lipoprotein atau HDL), dan buruk bagi jantung Anda, kata Moskovitz.

Cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan menghindari produk yang pada kemasannya tertulis "terhidrogenasi (hydrogenated)" atau "terhidrogenasi sebagian (partially hydrogenated).

Lemak jenuh = Tidak terlalu buruk

Seperti lemak trans, lemak jenuh umumnya akan memadat pada suhu kamar (dengan pengecualian minyak sawit dan minyak kelapa). Mereka banyak ditemukan di lemak daging, mentega, lemak susu, keju, permen, dan makanan yang digoreng dan makanan olahan.

"Lemak jenuh dapat memengaruhi kadar kolesterol darah lebih dari kolesterol yang sebenarnya," kata Moskovitz.

Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat menyumbat arteri, bahkan berpotensi menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com