Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2017, 17:00 WIB
Dian Maharani,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak orangtua yang merasa risih atau tabu membicarakan kesehatan organ reproduksi, termasuk alat kelamin, kepada anak. Ketika anak menanyakan tentang alat kelaminnya, orangtua biasanya akan menggunakan istilah lain untuk menamakan alat kelamin anak.

Pada anak laki-laki misalnya, penis disebut "burung". Akhirnya anak akan mengenal alat kelaminnya itu bernama burung. Nama lain untuk alat kelamin mungkin dianggap orangtua agar lebih sopan untuk diucapkan, padahal tidak juga.

Psikolog Naomi Ernawati Lestari mengatakan, ketika memberi tahu anak tentang alat kelamin, orangtua sebenarnya tak perlu memberikan istilah lain. Sama halnya seperti organ tubuh lainnya, ketika mata disebut mata, hidung disebut hidung, telinga disebut telinga, dan lainnya. 

"Alat kelamin itu jangan dibeda-bedakan namanya. Bilang saja penis, bilang saja vagina. Jadi mereka enggak menganggap hal itu sesuatu yang tabu," jelas Naomi di Jakarta, Jumat (24/2/2017).

Naomi mengatakan, ketika orangtua menyamarkan nama alat kelamin, anak akan merasa hal itu tabu untuk dibicarakan dengan orangtuanya. Akibatnya, anak malah bertanya kepada temannya atau mencari di internet yang bisa memberikan informasi keliru.

Memberi tahu nama alat kelamin yang benar kepada anak merupakan bagian dari pendidikan seks sejak dini. Orangtua mesti paham tahap perkembangan anak yang mungkin akan bertanya-tanya tentang keberadaan penis di tubuhnya, anak suka memegang penis, atau ada anak yang bertanya mengapa anak perempuan tidak memiliki penis.

Naomi mengatakan, pendidikan seks pun diberikan bertahap sesuai dengan usia anak. Mulai dari memperkenalkan alat kelamin, mengajari anak membersihkan alat kelaminnya agar bertanggung jawab dan belajar menghargai, hingga mengajari anak untuk menjaga organ reproduksinya itu.

"Misalnya bilang, 'Ini (alat kelamin) yang boleh pegang kamu sendiri ya atau nanti dokter kalau kamu sakit'," ucap Naomi.

Contoh lain, misalnya, memberi tahu anak untuk tidak memegang ataupun memperlihatkan alat kelamin kepada teman-temannya.  

Pendidikan seks sejak dini sangat penting agar anak bisa menjaga kesehatan organ reproduksinya dan tahu bagaimana menjaga organ intimnya dari orang lain.

Pendidikan seks sejak dini merupakan salah satu kunci untuk menghindari anak dari ancaman predator seksual. Anak menjadi paham ketika ada orang yang melakukan pelecehan seksual. Dengan begitu, anak juga tak ragu untuk menceritakan kepada orangtua ketika ada yang melakukan pelecehan seksual.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com