Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Situs Manusia Prasejarah di Gunungkidul

Kompas.com - 18/09/2017, 18:36 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -Gunungkidul kaya peninggalan prasejarah, terutama wilayah sepanjang Sungai Oya. Salah satu tempat berharga adalah Situs Sokoliman, Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.

Kepala Seksi Kepurbakalaan dan Permuseuman, Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayan, Winarsih menyampaikan, peninggalan masa prasejarah di Gunungkidul cukup banyak dari pendataan periode 2014 terdapat 52 titik.

Situs Sokoliman adalah yang terkaya. Di sana, ada 248 menhir dan 17 kubur batu.

"Situs Sokoliman merupakan lokasi yang digunakan menampung benda prasejarah, tetapi memang di sana kalau tidak salah dulunya ada lima buah kubur batu," katanya ditemui di kantornya Senin (18/9/2017).

Wilayah sekitar Sungai Oya kaya ebab manusia pada puluhan ribu tahun lalu hidup di dekat sumber mata air.

Pada Tahun 1941 arkeolog Belanda bernama Van Koningwaltz pernah melakukan penelitian di Sokoliman.

"Dalam penelitiannya disimpulkan masa megalitikum telah mengenal benda perunggu. Koningwaltz juga menemukan peralatan upacara kubur batu di Sokoliman," ucapnya.

Winarsih melanjutkan, Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 1985 melakukan penelitian dengan menggali tiga kubur peti batu yang kemudian diberi kode D22A, D22B, dan D24B.

Ketiganya dipandang paling baik meskipun seluruh kubus tersebut terdiri atas pecahan gerabah, tulang manusia, tulang hewan, fragmen logam, manik-manik, dan arang.

Baca Juga: Inikah Pornografi dari Masa Prasejarah?

Dari analisis, pada kubur kode D22A dan D22B , terdapat lima individu. Sementara dari kubur D22B tidak dapat teridentifikasi karena pecahannya sangat kecil.

"Dari hasil analisa tulang hewan diketahui terdapat tiga jenis hewan, yakni babi, banteng dan rusa. Selain itu, pada masa lampau manusia sering diberikan bekal kubur," katanya.

Ia menyebutkan, Situs Sokoliman saat ini dikelola oleh BPCB Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan Gunungkidul.

Menurut dia, sebenarnya Pemkab berencana memperlebar lokasi, namun terkendala pemilik lahan yang tidak merelakan tanahnya dijual dengan harga sesuai kajian tim aprisal.

"Tim Appraisal Rp 107,8 juta tapi pemiliki tanah meminta Rp 300 juta, sehingga gagal," ujarnya.

Sementara dari pantauan Kompas.com, lokasi situs dikeliling pagar dan pintu digembok, tak sembarangan orang bisa masuk. Dari pengamatan di luar terdapat jalan setapak, tiang yang didesain menyerupai menhir, dan beberapa gazebo. Terdapat menhir dengan panjang lebih dari 4 meter masih tergeletak di depan pagar situs sokoliman.

Tim Ahli cagar budaya Gunungkidul, Wahyu Astuti menerangkan Situs Sokoliman merupakan kawasan yang digunakan untuk menampung benda pra sejarah yang terdapat di beberapa lokasi, karena berbagai alasan mulai kondisinya terancam, dan kena gusur.

"Di sana ada peti kubur batu, dan menhir. yang terbaru ditemukan tahun 2016, dengan panjang 4 meter, dan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat kabupaten," katanya.

Menurut dia, wilayah Gunungkidul banyak dihuni oleh manusia dan hewan di sekitar Sungai Oya. Manusia hidup disekitar sumber mata air. "Sungai oya yang membelah Gunungkidul banyak dihuni manusia dan hewan,"ujarnya.

Menhir pada masa itu digunakan masyarakat untuk berdoa atau menyembah sesuatu yang dianggap memberikan kekuatan pada kehidupannya. Selain itu, menhir juga dgunakkan untuk patok batas sebuah wilayah kekuasaan. 

Baca Juga: Kampung Prasejarah Ditemukan di Papua

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com