Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Salah Mengira, Waspadai Gejala-gejala Khas Difteri Ini

Kompas.com - 12/12/2017, 18:05 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Ditetapkannya penyakit difteri sebagai kejadian luar biasa 2017 ini membuat semua orang mawas. Namun, sudahkah kita benar-benar mengenali penyakit mematikan ini?

Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, penyakit muncul karena adanya bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang saluran pernapasan.

Seperti virus flu, bakteri ini masuk ke tubuh lewat percikan udara ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara. Selain itu, bakteri juga dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan yang keluar dari saluran pernapasan dan pengelupasan luka kulit. Benda-benda yang terkontaminasi bakteri juga bisa menyebabkan penularan penyakit.

Baca Juga: Mengira DBD, tetapi Ternyata Difteri, Cerita Kebingungan Satiah

Saat bakteri ini masuk ke tubuh lain yang kondisinya sedang lemah dan tidak diimunisasi lengkap, bakteri bisa dengan mudah berkembang dan hidup.

Gejalanya berupa sakit tenggorokan, sulit menelan, demam dengan suhu rendah sekitar 38 derajat celsius, kurang nafsu makan, sesak napas disertai bunyi, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) akibat dari pembengkakakan kelenjar leher, dan munculnya pseudomembran atau selaput putih keabu-abuan yang tidak mudah lepas.

"Masa inkubasi mulai dari masuknya kuman sampai masuk gejala awal seperti susah menelan (dan) demam yang enggak terlalu tinggi itu 48 jam. Setelah itu timbul selaput. Lama-lama (selaput) muncul sedikit, lama-lama menyebar," ujar Kepala Divisi Infeksi Tropis Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Djatnika Setiabudi.

Baca juga: Jangan Tolak Imunisasi Difteri, Penyakitnya Lebih Ngeri dari Vaksinnya

"Jika sudah menyebar dan tidak langsung diobati, bisa turun ke laring atau paru-paru. Kalau sudah seperti ini, leher harus dilubangi agar udara bisa keluar masuk. Ini merupakan racun, bahayanya kalau sudah menyebar ke jantung bisa menyebabkan kematian," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (12/12/2017).

Mungkin gejala awal dari difteri dapat disangka sebagai penyakit saluran pernapasan pada umumnya.

"Klinisnya sama dengan sakit saluran napas yang lain, yang membedakan sangat khas adalah adanya selaput pseudomembran berwarna putih keabuan yang sangat merekat erat dengan pangkal tenggorokan," kata Djatnika saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/12/2017).

Baca juga: Kupas Habis Difteri, Bagaimana Penyakit Kuno Jadi Hantu pada 2017?

Dia melanjutkan, kalau selaput ini diangkat, bisa berdarah karena dia merekat erat. Kemudian gejala khas yang lain adalah leher bengkak.

Djatnika menambahkan, karena penyakit ini muncul akibat bakteri, demam yang akan muncul tidak terlalu tinggi. Akan tetapi, wajah pengidap tampak lemas.

Meski demikian, tidak semua orang yang terkontaminasi bakteri bisa langsung mengalami gejala-gejala penyakit di atas. Asal seseorang sedang dalam kondisi yang bugar dan imunisasi DPT-nya lengkap, kecil kemungkinannya untuk tertular.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com