Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Cara Agar Tak Menjadi "Toxic Parents", Kaum Milenial Wajib Tahu

Kompas.com - 02/03/2020, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Umumnya, pasangan yang telah menikah berharap dikaruniasi seorang anak.

Sayangnya, banyak orang yang tak menyadari bahwa pola asuh yang mereka terapkan justru memberi pengaruh buruk pada sang anak.

Dalam istilah masa kini, orangtua yang memberi dampak buruk pada anak kerap disebut dengan toxic parents.

Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, anak korban toxic parents bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, terlalu cemas dengan orang lain, sulit mengambil keputusan bahkan mengalami depresi.

Baca juga: 5 Cara Atasi Toxic Parents Agar Tak Jadi Lingkaran Setan

Kabar buruknya lagi, efek tersebut bisa bertahan hingga sang anak berusia dewasa.

"Cukup banyak anak korban toxic parents yang mengalami depresi hingga usia dewasa. Mereka juga berpotensi menjadi orang yang toxic untuk pasangan atau anak-anaknya kelak," tambah Anna.

Melihat efeknya yang begitu besar, tentu kita tidak ingin anak-anak kita kelak mengalami hal buruk tersebut.

Sebagai calon orangtua, kita harus benar-benar memahami langkah-langkah penting agar kita tidak menjadi toxic parents di masa depan. Berikut tips agar kita tidak menjadi toxic parents:

1. Mencari pola pengasuhan ideal

Menjadi orangtua memang bukan tugas yang mudah. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Untuk menemukan pola asuh terbaik dalam mendidik anak memang diperlukan proses belajar yang lama.

Menurut Anna, hal ini bisa dilakukan dengan mempelajari cara menganalisa sisi positif dan negatif pola asuh orangtua kita terdahulu, membaca buku-buku parenting, atau berkonsultasi dengan ahlinya.

Selain itu, membangun kedekatan yang positif antara orangtua dan anak juga diperlukan dalam setiap pola asuh.

"Kedekatan antara orangtua dan anak itu penting namun ada batasannya. Jangan sampai, kita terlalu menempel dengan anak sehingga anak merasa terkekang," ujar Anna.

Anna juga mengatakan, seorang anak juga adakalanya memerlukan waktu untuk diri sendiri atau bersosialisasi dengan teman-temannya. Sebagai orangtua, kita juga harus memahami hal itu.

Orangtua juga tidak boleh segan meminta maaf pada anak saat melakukan kesalahan dan memuji sang anak saat ia melakukan hal baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com