Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2023, 14:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Asma bisa terjadi pada semua usia, tetapi lebih umum terjadi pada orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini.

Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), asma merupakan penyakit kronis yang paling umum di antara anak-anak.

Baca juga: Pahami, Kaitan Asma dan Emosi yang Berlebihan

Gangguan pernapasan ini sering kali terlambat didiagnosis dan kurang terobati, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Asma mempengaruhi sekitar 262 juta orang pada 2019 dan menyebabkan 455.000 kematian.

Lebih lanjut, artikel ini akan menjelaskan tentang apa itu asma, termasuk penyebab dan tanda-tandanya.

Baca juga: Pahami Gejala dan Cara Mencegah Asma Alergi Kambuh

Apa itu asma?

Dikutip dari WHO, asma adalah penyakit tidak menular utama yang memengaruhi anak-anak dan orang dewasa. Gangguan pernapasan ini terjadi karena saluran udara di paru-paru menyempita karena peradangan dan pengencangan otot di sekitar saluran udara kecil.

Orang dengan asma yang tidak diobati dapat mengalami gangguan tidur, kelelahan di siang hari, dan konsentrasi yang buruk.

Dalam kasus yang paling parah, gangguan pernapasan ini dapat menyebabkan kematian.

Sebagai penyakit kronis yang dipengaruhi faktor genetik kuat, asma tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikendalikan dengan penanganan medis berkelanjutan.

Penyakit paru-paru ini sering berubah dari waktu ke waktu, bisa mereda dan bisa memburuk.
Sehingga, penting bagi Anda untuk bekerja sama dengan dokter untuk mengontrol gejala dan menyesuaikan perawatan sesuai kebutuhan Anda.

Baca juga: 11 Cara Meringankan Serangan Asma ala Rumahan yang Penting Diketahui

Apa saja penyebab asma?

Dikutip dari WHO, banyak faktor yang dikaitkan dengan peningkatan risiko asma, meskipun sering kali sulit untuk menemukan satu penyebab langsung.

  • Asma lebih mungkin terjadi, jika anggota keluarga lain juga menderita asma, khususnya kerabat dekat, seperti orangtua atau saudara kandung.
  • Asma lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki kondisi alergi, seperti eksim dan rhinitis
  • Urbanisasi dikaitkan dengan peningkatan prevalensi asma, mungkin karena berbagai faktor gaya hidup
  • Peristiwa di awal kehidupan memengaruhi perkembangan paru-paru dan dapat meningkatkan risiko asma. Ini termasuk berat badan lahir rendah, prematuritas, paparan asap tembakau dan sumber polusi udara lainnya, serta infeksi virus pernapasan.
  • Paparan berbagai alergen dan iritan lingkungan juga dianggap meningkatkan risiko asma, termasuk polusi udara di dalam dan luar ruangan, tungau debu rumah, jamur, dan paparan bahan kimia, asap, atau debu di tempat kerja.
  • Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko asma yang lebih besar.

Baca juga: 4 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Asma

Mengutip Cleveland Clinic, dari penyebab asma tersebut disertai tingkat keparahannya, gangguan pernapasan ini dibedakan dalam beberapa jenis.

Jenis asma itu sebagai:

  • Intermiten: jenis asma ini datang dan pergi, sehingga Anda dapat merasa normal di antara serangan asma.
  • Persisten: berarti Anda sering mengalami gejala. Gejalanya bisa ringan, sedang atau berat. Penyedia layanan kesehatan mendasarkan keparahan asma pada seberapa sering Anda mengalami gejala. Mereka juga mempertimbangkan seberapa baik Anda dapat melakukan sesuatu selama serangan.
  • Alergi: beberapa orang dapat mengalami serangan asma karena alergi. Alergennya termasuk jamur, serbuk sari, dan bulu hewan peliharaan.
  • Non-alergi: faktor luar yang dapat menyebabkan asma kambuh, seperti olahraga, stres, penyakit, dan cuaca.
  • Dewasa-onset: jenis asma ini dimulai setelah usia 18 tahun.
  • Pediatrik: jenis asma pada masa kanak-kanak, yang sering dimulai sebelum usia 5 tahun dan dapat terjadi pada bayi atau balita.
  • Asma akibat olahraga: Jenis ini dipicu oleh olahraga dan juga disebut bronkospasme akibat olahraga.
  • Asma akibat kerja : Jenis asma ini terjadi terutama pada orang yang bekerja di sekitar zat yang mengiritasi.
  • Sindrom asma-PPOK overlap (ACOS): jenis ini terjadi ketika Anda menderita asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Kedua penyakit tersebut membuat sesak napas.

Baca juga: Pentingnya Kontrol Gejala pada Penderita Asma demi Hidup Berkualitas

Apa saja tanda-tanda asma?

Mengutip Mayo Clinic, tanda-tanda asma bervariasi pada setiap orang. Anda mungkin jarang mengalami serangan asma, karena hanya muncul saat berolahraga. Namun, orang lain bisa mengalami gejala asma sepanjang waktu.

Tanda-tanda asma secara umum meliputi:

  • Sesak napas
  • Sesak atau nyeri dada
  • Mengi saat menghembuskan napas, yang merupakan tanda umum asma pada anak-anak
  • Kesulitan tidur yang disebabkan oleh sesak napas, batuk, atau mengi
  • Serangan batuk atau mengi yang diperparah oleh virus pernapasan, seperti pilek atau flu.

Baca juga: Apa Penyebab Asma Kerap Kambuh di Malam Hari?

Tanda-tanda asma Anda mungkin memburuk, seperti:

  • Gejala asma yang lebih sering dan mengganggu
  • Semakin kesulitan bernapas, yang diukur dengan alat yang digunakan untuk memeriksa seberapa baik paru-paru Anda bekerja
  • Kebutuhan untuk menggunakan inhaler bantuan cepat lebih sering

Bagi sebagian orang, tanda-tanda asma muncul dalam situasi tertentu:

  • Asma akibat olahraga, yang mungkin lebih buruk saat udara dingin dan kering
  • Asma akibat kerja, dipicu oleh iritan di tempat kerja seperti asap kimia, gas, atau debu
  • Asma akibat alergi, dipicu oleh zat yang terbawa udara, seperti serbuk sari, spora jamur, kotoran kecoa, atau partikel kulit dan air liur kering yang ditumpahkan oleh hewan peliharaan (bulu hewan peliharaan)

Jika Anda sering batuk atau mengi yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau ada gejala asma lainnya yang Anda alami, segeralah periksa ke dokter.

Baca juga: 10 Cara Mengatasi Asma di Malam Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com