Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korek Kuping, Perlukah?

Kompas.com - 11/01/2008, 18:44 WIB

Anda yang suka mengorek kuping perlu tahu apakah sebenarnya kebiasaan ini baik atau tidak. Jangan-jangan justru memperburuk kondisi. Berikut jawaban Dr. Hans dari seorang bapak mengenai kebiasaan mengorek kuping.

“Dok, saya seorang suami, 41 tahun, kurus, berat 60, tinggi 168, hobi nonton bola. Saya suka dikoreki kuping oleh istri. Dulu  istri suka pakai ujung bulu ayam, sekarang tidak lagi sebab telinga pernah jamuran, dan saya kapok.
Ihwal korekan kuping ini, ada beberapa pertanyaan kalau dokter sudi menjawabnya di sini. Begini:

1. Apa korek kuping itu wajib atau fakultatif, boleh ya boleh tidak?
2. Apa yang harus saya lakukan kalau tahi kupingnya sudah keras dan hendak  dikeluarkan? Perlu dokter ketahui, kotoran telinga saya gampang sekali keras dan banyak. Kalau dipaksa dikorek keluar, rasanya sakit sekali. Apakah ada cara lain, sebab kalau tidak dikeluarkan, saya jadi tuli.
3. Berbahayakah kalau telinga saya berdarah sedikit sehabis dikorek oleh istri? Saya belum tuli sampai sekarang.”
Sar. Pin. Jakarta

Jangan Dipaksa Keluar
1. Korek kuping itu tidak wajib. Jika produksi kotoran kuping tidak terlalu banyak, biasanya telinga punya daya self cleansing. Karena itu, ada pendapat lebih baik tak mengorek kuping. Kecuali pada orang yang pabrik tahi kupingnya overproduksi, membersihkan telinga rutin berkala diwajibkan.

2. Tahi kuping yang membatu terjadi jika kita malas mengorek kuping. Keluhannya mendadak jadi tuli sehabis dibersihkan pakai cotton bud. Jangan paksa mengeluarkannya. Tahi kuping harus dibuat lembek dulu dengan tetes kuping khusus. Setelah 2-3 hari lembek, biasanya tahi kupingnya terjun bebas sendiri. Mungkin jatuh tergelincir ke bantal sewaktu bangun tidur siang.

3. Jika dipaksa mengeluarkannya, kemungkinan liang telinga bisa berdarah sebab terluka, tergores oleh kerasnya batu tahi kuping.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com