Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas "Sick Building Syndrome"!

Kompas.com - 09/06/2009, 16:48 WIB

MEDAN, KOMPAS.com — Warga Medan diimbau untuk mewaspadai penyakit sick building syndrome (SBS) yang biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja sehari-hari yang kurang sehat.
     
Ahli Penyakit Dalam dan Jantung Universitas Sumatera Utara (USU), Prof dr Sutomo Kasiman, di Medan, mengatakan, kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah penyakitnya SBS.
     
"SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit," katanya.

Berbagai penyakit itu muncul disebabkan polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozone yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet.

Sedangkan di rumah tangga seperti furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan karbon monoksida.

Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus terkena dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh seperti kanker, TBC, dan flu.

Jadi, sambung dia, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. "Caranya misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk pancaran sinar matahari, arena polutan itu bisa mati karena pengaruh sinar matahari," katanya.
     
"Selain itu, memberikan beberapa bunga yang mampu menangkap polutan yang ada di dalam ruangan kerja dan rumah. Serta menempatkan berbagai perabot rumah tangga dengan komposisi yang sesuai," katanya.
     
Sementara Direktur Klinik Permata Bunda, Dr Rosihan Arbie, mengatakan, kebersihan lingkungan kerja dan rumah sangat penting sebab sebagian besar waktu dihabiskan di dua tempat tersebut.
     
"Kebersihan di kedua tempat itu harus menjadi perhatian yang serius bagi kita jika tidak ingin terkena SBS itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau