Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Logam Berat Picu Gangguan Mental

Kompas.com - 09/12/2009, 14:54 WIB

KOMPAS.com - Akumulasi logam berat dalam tubuh manusia akan menimbulkan berbagai dampak yang membahayakan kesehatan, salah satunya adalah depresi dan serangan panik (panic disorder).

Para ahli menganalisa informasi dari hasil survei National Health and Nutrition Examination, Amerika Serikat tahun 1997-2004, yang melibatkan 1.987 orang dewasa berusia 20-39 tahun. Dari seluruh responden, 6,7 persen menderita depresi mayor, sebanyak 2,2 persen memiliki gejala serangan panik, dan 2,4 persen mengalami gejala kecemasan. Setelah diteliti, jumlah logam berat dalam darah mereka mencapai 1,61 mikrogram per desiliter.

Sebanyak 20 persen dari responden yang memiliki kadar timbal atau logam berat cukup tinggi (2,11 mikrogram per desiliter) risikonya mengalami depresi dua kali lebih tinggi. Mereka juga lima kali berisiko menderita serangan panik dibanding dengan responden yang kadar timbalnya lebih rendah (0,7 mikrogram per desiliter).

"Pencemaran logam berat mungkin berkontribusi pada terjadinya gangguan mental, bahkan meski kadar pencemarannya masih tergolong rendah atau tidak berisiko," kata Maryse F.Bouchard peneliti dari Universitas Monteral dan Harvard School of Public Health. Para ahli menduga, logam berat mungkin menimbulkan gangguan pada otak yang menimbulkan gangguan mental.

Sebelumnya berbagai penelitian telah mengingatkan bahaya logam berat bagi kesehatan, di antaranya adalah kerapuhan tulang, rusaknya kelenjar reproduksi, kanker, kerusakan otak, serta keracunan akut pada sistem saraf pusat.

Udara yang tercemar juga akan menyebabkan penyakit saluran pernapasan akut, hipertensi, terganggunya fungsi ginjal, menurunnya kecerdasan anak, serta risiko keguguran pada ibu hamil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com