Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Leukimia Masih Sangat Mahal

Kompas.com - 08/02/2010, 16:09 WIB

KOMPAS.com - Berkat kemajuan ilmu kedokteran, kini pasien kanker memiliki banyak cara untuk mengobati kanker, mulai dari operasi, radioterapi, kemoterapi konvensional, serta obat-obatan yang mempunyai target spesifik pada komponen sel yang berperan dalam proses pertumbuhan dan pembelahan sel kanker.

Salah satu jenis kanker yang bisa diobati dengan obat khusus yang membidik komponen sel kanker ini adalah leukimia kronik atau chronic myeolid leukemia (CML). Penyebab utama CML adalah ketidaknormalan gen kromosom yaitu perpindahan antara kromosom 9 dan 22 menyebabkan penggabungan yang tidak normal antara gen bcr dan abl jenis protein aktif tyrosine kinase yang tidak normal.

Dahulu, pasien yang tidak diterapi hanya mampu bertahan beberapa bulan atau tahun. Sekarang, dengan perkembangan obat-obatan di bidang kanker, pasien memiliki harapan hidup yang lebih baik.

Menurut dr.Made Putra Sedana, Sp.PD, KHOM, Konsultan penyakit darah dan kanker dari RSUD Dr.Soetomo Surabaya,  pasien CML dapat menjalani terapi Imatinib, yang merupakan terapi oral dengan tingkat keberhasilan paling tinggi.  Penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan terapi ini mencapai 83 persen.

Meski demikian, tidak semua pasien bisa mendapat obat ini. "Hanya pasien yang memiliki kromosom philadelphia yang bisa mendapatkan terapi obat ini," katanya.

Untuk mengetahui jenis kromosom, pasien harus melakukan pemeriksaan lengkap di laboratorium.

Keberhasilan Imatinib untuk penanganan CML, lanjut Made, dinilai berdasarkan pemeriksaan setelah tiga bulan dan satu tahun. "Bila gagal mencapai respon hematologik selama 3 bulan, dosis obat akan ditambah. Namun bila berdasarkan pemeriksaan sumsum tulang belakang setelah satu tahun gagal mencapai respon sitogenetik atau sel-selnya belum menjadi normal, maka pengobatan dinilai gagal," paparnya.

Sayangnya, harga obat Imatinib termasuk menguras kantong. Pasien harus mengeluarkan biaya Rp 250.000 untuk setiap butir obat, yang harus dikonsumsi setiap hari selama bertahun-tahun.

Obat Imatinib harus dikonsumsi setiap hari secara rutin untuk menekan pertumbuhan penyakit. "Penyakit bisa timbul lagi bila pasien malas minum obat," katanya.

Obat imatinib ini memiliki efek samping berupa rasa mual dan konsumsi jangka panjang bisa menimbulkan resistensi obat.

Beruntung sejak tahun 2003 dimulai program GIPAP, program kerjasama antara Novartis Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia untuk memberikan obat kanker imatinib pada pasien yang tidak mampu. Selain itu ada juga program NOA (Novartis Oncology Acces) yang memberikan bantuan pembelian obat sesuai dengan kemampuan ekonomi pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com