Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Sendi Bikin Saya Mau Bunuh Diri

Kompas.com - 13/12/2010, 14:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rasa sakit yang membelenggu hampir sepanjang waktu membuat Nina nyaris gelap mata dan nekad mengakhri hidupnya.  Kalau saja ia tak bertemu dengan seorang dokter ahli yang berhasil mendiagnosa penyakitnya dengan akurat, perempuan berusia 44 tahun itu mungkin kini sudah tinggal nama.

Rasa nyeri awalnya dialami Nina sejak sekitar 9 tahun lalu. Ketika terbangun dari tempat tidur pada suatu pagi, telapak kakinya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Nina awalnya mengira hal itu hanya sesuatu hal biasa. Tetapi kemudian, rasa sakit itu kerap dirasakannya setiap pagi dan selalu mengganggu aktivitasnya.

Seiring berjalannya waktu, keluhan nyeri sendi pun semakin menjadi. Nina pun lalu memeriksakan kondisi kesehatannya kepada seorang dokter, dan ia pun divonis menderita asam urat.  Tetapi pengobatan dokter tak kunjung memperbaiki kondisinya. Nina pun lalu memutuskan untuk menemui dokter lainnya, dan kali ini ia divonis menderita rematik.

Dari hari ke hari, rasa sakit pada sendi tak kunjung jua menjauh dari tubuh Nina. Obat-obat pereda sakit yang diberikan dokter hanya mampu meredam penderitaannya untuk beberapa saat saja. Sementara seluruh sendi pada bagian tubuh Nina semakin kaku dan linu saja, sehingga membuatnya putus asa.

Tak jarang Nina pun mengerang kesakitan menahan derita. Ia bahkan sering terjatuh, terbujur kaku dan tidak bisa bangkit dari tempat tidur di pagi hari selama beberapa jam karena semua sendi terasa sangat linu. 

Akibat penderitaan ini pula, Nina hampir kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya. Pekerjaannya sehari-hari sebagai pegawai di sebuah kantor lembaga keuangan di Jakarta praktis terganggu. Bahkan, ia pun begitu terpukul karena tak lagi bisa melayani sang suami tercinta sebagaimana mestinya.  

"Saya nyaris bunuh diri karena penderitaan yang luar biasa. Saya bingung dengan penyakit ini, apalagi  kondisi ini saya alami hampir delapan tahun lamanya," ungkap Nina yang ditemui di sela-sela media workshop di Jakarta, Senin (13/12/2010).   Titik terang bagi Nina akhirnya mulai muncul ketika pada tahun 2008, ia dirujuk ke seorang dokter ahli Reumatologi di sebuah klinik di Jakarta. Berdasarkan hasil pemeriksaan intensif dan skrining laboratorium, dokter memvonis Nina menderita Artritis Reumatoid (AR), sejenis penyakit otoimun progresif yang ditandai peradangan pada persendian.

Melalui penanganan dan terapi yang pengobatan tepat, Nina kini dapat menjalani hari-harinya dengan lebih baik. Walaupun tidak bisa sembuh total dari penyakitnya, Nina kini dapat beraktivitas normal, meski ia masih harus tetap melakukan kontrol secara teratur.

Pencuri kehidupan
Menurut Harry Isbagio, pakar Reumatologi Indonesia yang juga guru besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit yang jarang ditemukan di Indonesia dengan prevalensi sekitar 0,1 hingga 0,3 persen pada usia dewasa.

Penyakit ini sebenarnya dapat menyerang semua usia, tetapi risiko bakal meningkat pada dewasa usia produktif, di mana wanita adalah kalangan yang berisiko lebih besar yakni hingga 3 hingga 4 kali lipat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com