Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Profesi Berbahaya untuk Paru

Kompas.com - 25/01/2011, 11:21 WIB

Kompas.com - Bahan-bahan berbahaya di tempat kerja yang terhirup dalam waktu lama secara teratur, atau dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan penyakit paru. Besar kecilnya dampak yang timbul tergantung pada jumlah dan lamanya paparan.

Di Amerika, setiap tahunnya lebih dari 16.000 orang meninggal karena penyakit paru akibat tempat kerja. Kabar baiknya, penyakit pada saluran pernapasan ini bisa dicegah dengan menggunakan pelindung, seperti masker serta menghindari polutan lain seperti asap rokok dan polusi udara.

Berikut adalah 10 bidang pekerjaan yang rawan gangguan pernapasan.

1. Konstruksi

Para pekerja yang menghirup debu di lokasi konstruksi atau renovasi bangunan beresiko menderita kanker paru, mesothelioma dan asbestosis, penyakit yang menyebabkan parut pada paru dan sempitnya saluran udara. Penyakit tersebut biasanya baru berkembang 20-40 tahun setelah terpapar serat asbes dan serat itu menumpuk di paru. Yang terpapar bisa termasuk teknisi listrik, pengecat dan juga orang lain yang berdekatan dengan pekerja yang menangani asbes.

2. Produksi

Pekerja pabrik setiap hari terpapar polutan seperti debu, bahan kimia dan gas yang membuat mereka beresiko menderita penyakit paru obstruktif kronis. Penyakit ini memiliki gejala utama napas pendek-pendek dan sesak. Di pabrik pengolahan makanan, diacetyl, sejenis zat perasa, juga bisa mengganggu paru.

3. Tenaga kesehatan

Penelitian menunjukkan 8-12 persen tenaga kesehatan sensitif pada bubuk residu yang ditemukan pada sarung tangan lateks, yang bisa memicu reaksi asma. "Meski kita tidak memakainya, namun berada dalam satu ruangan, bahan lateks itu bisa terhirup dan menyebabkan alergi," kata Dr.Harber Philip, MD, professor and chief of the UCLA Occupational and Environmental Medicine Division

4. Pabrik tekstil

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com