Kompas.com - Pria yang mulai mengalami kebotakan di usia 20-an tahun, atau disebut kebotakan khas pria (male pattern baldness), beresiko dua kali lebih besar menderita kanker prostat di usia lanjut. Demikian kesimpulan studi yang dimuat dalam jurnal the Annals of Oncology.
Kanker prostat merupakan kanker paling umum di kalangan pria berusia 50 tahun ke atas. Kanker ini sering tumbuh diam-diam dalam kelenjar prostat tanpa gejala apa pun sampai setelah menyebar ke tulang dan jaringan sekitarnya.
Penelitian awal menunjukkan hormon seks androgen yang berperan penting pada terjadinya kebotakan khas pria juga berperan pada kanker prostat. Akan tetapi kaitan antara kedua hal itu masih belum jelas.
Untuk mendapatkan bukti lebih lanjut, tim peneliti yang dipimpin oleh Philippe Giraud dari Paris melakukan riset dengan memawancarai 669 pria, yang 338 diantaranya memiliki riwayat kanker prostat. Seluruh responden itu ditanya tingkat kebotakan rambut mereka saat berusia 20, 30 dan 40 tahun.
Pria yang rambutnya masih lebat di usia 30 dan 40 diketahui tidak menunjukkan peningkatan risiko kanker prostat dibandingkan dengan rekan mereka yang mulai mengalami kerontokan rambut di usia 20-an. Kebotakan yang terjadi lebih awal di sebut juga androgenic alopecia.
Meski begitu Anda yang sudah mengalami kebotakan di usia muda tidak perlu terlalu khawatir. "Bukan berarti pria muda yang sudah botak otomatis terkena kanker," kata Giraud. Ia menambahkan bahwa hasil riset ini akan diverifikasi oleh studi lanjutan.
Walaupun kebotakan di usia muda bisa menjadi penanda bagi dokter untuk mengetahui faktor risiko, namun kanker prostat bisa dideteksi secara dini jika pria yang mulai memasuki usia 50 tahun melakukan skrining.
gejala kanker prostat tidak khas sehingga sering menyebabkan keterlambatan diagnosis. Gejalanya antara lain pembesaran prostat jinak, seperti ingin berkemih tetapi yang keluar sedikit, serta kemih bercampur darah mirip infeksi saluran kemih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.