Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dr. Helen: Bermitra dengan Dukun Selamatkan Ibu dan Bayi

Kompas.com - 21/09/2011, 10:01 WIB

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Dedikasi serta pengabdian yang tulus dalam melayani masyarakat selama ini selalu ditunjukkan Helen Sukendy.  Hal itu pula yang mengantar dokter berusia 30 tahun itu terpilih sebagai salah satu Tenaga Kesehatan Teladan 2011 mewakili Provinsi Bangka Belitung.

Meski terbilang masih baru dan belum mempunyai jam terbang yang cukup banyak, namun kontribusi Helen tidak bisa dianggap sebelah mata, khususnya dalam peningkatan kesehatan ibu dan bayi.

Wanita lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Katholik Atmajaya Jakarta ini, harus bekerja setiap hari dengan melayani masyarakat di sekitar Puskesmas yang mencakup 14 desa.

"Satu Puskesmas Payung tangani 14 desa. Karena Puskesmas kami satu-satunya Puskesmas Poned di Bangka Selatan, jadi sering menerima rujukan-rujukan. Di Bangka Selatan baru 3-4 Puskesmas yang punya rawat inap, jadi pasien banyak terus," ucap Helen yang juga menjabat sebagai Kepala Rawat Jalan dan Inap Puskesmas Payung, Bangka Selatan, saat ditemui dalam acara temu Tenaga Kesehatan Teladan di Hotel Santika Pangkal Pinang, Selasa (20/9/2011) kemarin.

Puskesmas Poned (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar) adalah Puskesmas yang melayani rujukan kegawat daruratan ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi baru lahir dari desa-desa yang satu wilayah maupun desa yang merupakan  bagian dari jaringan rujukan.

Meski begitu, dokter yang juga putri daerah ini tidak pernah mengeluh. Bahkan, ia sangat peduli dan konsisiten terhadap masalah kesehatan ibu dan bayi, mengingat angka kematian bayi dan balita masih cukup tinggi di Bangka.

Salah satu pencetus tingginya angka kematian ibu dan bayi di Bangka menurut Helen dikarenakan masih banyaknya masyarakat setempat yang percaya dan memilih menggunakan jasa dukun beranak ketimbang bidan. Dan ini tentu menjadi suatu tantangan baginya untuk bisa menyadarkan masyarakat.

"Mereka dari dulu lebih dominan memanggil dukun dulu. Ada beberapa masyarakat yang seperti itu. Padahal kami sudah kasih penyuluhan, tapi masih tetap saja larinya ke dukun," terangnya.

Ia menduga kecenderungan masyarakat lebih memilih dukun ketimbang bidan didasarkan atas beberapa hal. Pertama, dukun lebih baik dalam hal pendekatan, karena selalu mendampingi ibu hamil sampai melahirkan. Kedua, biaya yang dikeluarkan lebih murah, dan sudah menjadi kebiasaan turun menurun.

Berbagai upaya telah dilakukan Helen salah satunya adalah dengan berusaha merangkul para dukun untuk mau bekerjasama dan bermitra dengan para tenaga kesehatan seperti halnya bidan. Walaupun sedikit mengalami kesulitan dalam menjalin kemitraan dengan dukun, namun usahanya dinilai cukup berhasil.  Pasalnya, dari 14 desa yang ada, hampir sebagian besar dukun mau diajak untuk bekerjasama dengan bidan, meskipun ada satu dua orang dukun yang tetap kekeuh tidak mau bekerjasama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com